BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam proses pembelajaran, terdapat beberapa komponen, dua diantaranya adalah guru dan siswa. Agar proses pembelajaran berhasil, guru harus aktif diantaranya dalam hal mendorong siswa untuk aktif belajar dan memberikan pengalaman belajar yang memadai kepada siswa. Proses pembelajaran merupakan tahapan-tahapan yang dilalui dalam mengembangkan kemampuan kognitif, afektif, konatif dan motorik seseorang, dalam hal ini adalah kemampuan yang harus dimiliki oleh siswa atau peserta didik.
Salah satu peran yang dimiliki oleh seorang guru untuk melalui tahap-tahap ini adalah sebagai fasilitator. Untuk menjadi fasilitator yang baik guru harus berupaya dengan optimal mempersiapkan rancangan pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik anak didik, demi mencapai tujuan pembelajaran. Sebagaimana yang diungkapkan oleh E.Mulyasa (2007), bahwa tugas guru tidak hanya menyampaikan informasi kepada peserta didik, tetapi harus menjadi fasilitator yang bertugas memberikan kemudahan belajar (facilitator of learning) kepada seluruh peserta didik.
Untuk mampu melakukan proses pembelajaran ini guru harus mampu menyiapkan proses pembelajarannya. Proses pembelajaran yang akan disiapkan oleh seorang guru hendaknya terlebih dahulu harus memperhatikan teori - teori yang melandasinya karena suatu profesi itu harus mempunyai landasan yang menunjang praktek. Teori belajar secara arti merupakan suatu teori yang memfokuskan kepada penerangan dan penjelasan bagaimana proses pembelajaran itu berlaku didalam diri seseorang.
Teori belajar juga menyediakan asas bagi strategi umum yang boleh diguanakan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Ini dilaksanakan dengan menyediakan pengalaman pembelajaran yang bersesuaian dengan keperluan pelajar (Wagner, 1994). Dengan memahami pentingnya teori belajar dengan proses pembelajaran itu sendiri bagi para pendidik khususnya akan menghasilkan output pembelajaran yang berkualitas yang di dalamnya melibatkan proses penyediaan bahan atau media pembelajaran itu sendiri.
B. Manfaat dan Tujuan
1. Manfaat
Makalah ini dapat melatih penulis dalam penyusuan makalah, selain itu meupakan sumbangan pemikiran berkenaan dengan teori – teori pembelajaran yang dapat merubah paradigma pembelajaran ke arah yang lebih maju, kondusif dan berkualitas.
2. Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah Landasan Teknologi pembelajaran, selain itu ada hal yang lebih utama yang penulis harapkan, yaitu guru harus memiliki empat kompetensi yang telah ditetapkan dalam undang - undang guru dan dosen, yaitu kompetensi paedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi hubungan sosial dan kompetensi profesional, sehingga kita sebagai seorang guru dapat menjadi pelayan masyarakat yang diharapkan, menjadi seorang guru yang profesional sehingga dapat meningkatkan kualitas pendidikan.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Konsep Manusia
Manusia adalah suatu individu yang merupakan satu kesatuan yang utuh antara jiwa dan raga, lahir dan batin, jasmani dan rohani serta masa lalu dan masa sekarang. Berangkat dari pertanyaan kenapa manusia perlu berlajar? Ini adalah pertanyaan yang sangat mendasar, dimana kita tahu bahwa Allah SWT menciptakan langit dan bumi ke dunia ini dengan segala isinya yang terkandung berbagai sumber daya alam yang dapat dikelola dan digali pemanfaatannya oleh manusia untuk bekal hidup manusia, oleh karena itu manusia berkewajiban untuk terus dan terus belajar untuk dapat mempertahankan dan melangsungkan kehidupannya.
Seorang guru perlu memahami hal yang sangat mendasar kaitannya dengan pengertian apa itu pembelajaran? Teori tentang pembelajaran ini berangkat dari hakikat manusia. Ada beberapa pandangan tentang hakikat manusia, diantaranya menurut John locke ”manusia itu merupakan manusia yang pasif ”. Dengan teori tabularasnya Locke menganggap bahwa manusia itu seperti kertas putih, hendak ditulisi apa kertas itu sangat tergantung kepada orang yang menulisnya. Dari teori ini terlahir pandangan tentang aliran belajar behavioristik – elementeristik. Sedangkan pandangan lain tentang hakikat menusia dikemukakan oleh Leibnitz yang menganggap ”Manusia adalah organisme yang aktif”. Manusia merupakan sumber semua kegiatan. Pada hakikatnya manusia bebas untuk berbuat, manusia bebas membuat suatu pilihan, dalam setiap situasi. Titik pusat kebebasan ini adalah kesadarannya sendiri. Menurut aliran ini tingkah laku manusia hanyalah ekspresi yang dapat diamati sebagai akibat dari eksistensi internal yang pada hakikatnya bersifat pribadi. Dari teori ini terlahir pandangan tentang aliran belajar kognitif – holistik.
B. Teori – teori Belajar
1. Teori Behavioristik
Teori belajar behavioristik menjelaskan belajar itu adalah perubahan perilaku yang dapat diamati, diukur dan dinilai secara konkret. Perubahan terjadi melalui rangsangan (stimulans) yang menimbulkan hubungan perilaku reaktif (respon) berdasarkan hukum – hukum mekanistik. Stimulans tidak lain adalah lingkungan belajar anak, baik yang internal maupun eksternal yang menjadi penyebab belajar. Sedangkan respons adalah akibat atau dampak, berupa reaksi fisik terhadap stimulans. Belajar berarti penguatan ikatan, asosiasi, sifat dan kecenderungan perilaku S – R (stimulus – respon).
Ciri – ciri Teori Behavioristik:
1. Mementingkan faktor lingkungan
2. Menekankan pada faktor bagian
3. Menekankan pada tingkah laku yang nampak dengan mempergunakan metode obyektif.
4. Sifatnya mekanis
5. Mementingkan masa lalu
Prinsip – prinsip teori behavioristik menurut Harley and Devis (1978) :
1. Proses belajar dapat terjadi dengan baik apabila siswa ikut terlibat aktif didalamnya.
2. Materi pelajaran diberikan dalm bentuk unit – unit kecil dan diatur sedemikan rupa, sehingga hanya perlu memberikan suatu respons tertentu saja.
3. Tiap – tiap respon perlu diberi umpan balik secara langsung sehingga siswa dapat dengan segera mengetahui apakah respon yang diberikan betul atau tidak.
4. Perlu diberikan penguatan setiap kali siswa memberikan respon apakah bersifat positif atau negative. Penguatan yang bersifat positif akan lebih baik karena memberikan pengalaman yang menyenangkan bagi siswa, sehingga ia ingin mengulang kembali respon yang telah diberikan.
Ada beberapa teori yang termasuk ke dalam teori behavioristik, yaitu :
a. Teori Belajar Koneksionisme
Pencetus teori ini adalah Throndike (1874 – 1949). Ada beberapa pandangan yang dikemukakan oleh Throndike, yaitu :
1). Belajar pada hewan dan manusia pada dasarnya berlangsung menurut prinsip-prinsip yang sama. Dasar terjadinya belajar adalah pembentukan asosiasi antara kesan yang ditangkap pancaindra dengan kecenderungan untuk bertindak atau hubungan antara stimulus dan respons (S – R).
2). Belajar merupakan proses pembentukan koneksi – koneksi antara stimulus dan respons.
3). Contoh yang sering kita hadapi dalam kehidupan adalah ketika seseorang melirik setangkai bunga melati yang indah dan harum di taman, dapat menjadi sebuah stimulus yang dapat mengakibatkan munculnya respons untuk memetiknya.
Ada tiga hukum yang dikemukakan oleh Throndike berikut ini :
1). Hukum kesiapan (Law of readiness)
Hubungan antara stimulus dan respons ini akan mudah terbentuk manakala ada kesiapan dalam diri individu.
2). Hukum Latihan (law of exercise)
Kemunkinan kuat dan lemahnya hubungan stimulus dan respons. Hubungan atau koneksi antara kondisi dan tindakan akan menjadi lebih kuat karena tindakan dan koneksi – koneksi itu akan menjadi lemah karena latihan tidak dilanjutkan.
3). Hukum Akibat (Law of effect)
Hukum ini menunjuk kepada kuat atau lemahnya hubungan stimulus dan respons tergantung kepada akibat yang ditimbulkannya. Apabila respons seseorang yang diberikan mendatangkan kesenangan, maka respon tersebut akan dipertahankan atau diulang dan sebaliknya apabila respons seseorang yang diberikan tidak mengenakkan maka respons tersebut akan dihentikan.
Selain tiga hukum di atas, Throndike juga mengemukakan lima hukum, yang disebut hukum minor, yaitu :
1). Gerak tindak aneka ( Multiple respons)
Hukum ini menyatakan dalam satu ranggsangan dapat menghasilkan beraneka tindak balas.
2). Sikap atau keadaan awal (Attitude disposition or state)
Bahwa kondisi individu pada awal pembelajaran akan mempengaruhi proses pembelajaran.
3). Kemampuan memilih hal-hal yang penting ( Partial or piecemeal activity of a situation)
Kemampuan seorang pelajar memilih hal-hal yang dianggap penting dari suatu keadaan dan bertindak sesuai dengan apa yang dipandang penting.
4). Tindak balas melalui analogi (Assimilation of response by analogi)
Kemampuan individu untuk melakukan tindak balas dalam situasi yang baru dalam dengan menggunakan tindak balas yang telah dimilikinya dengan penyesuaian seperlunya.
5). Perpindahan berkait ( associative shifting)
Hukum ini menggantikan atau melanjutkan suatu rangsangan, sehingga tindak balas bersesuaian dengan rangsangan baru.
b. Teori Belajar Clasical Conditioning
Pencetus teori ini diantaranya adalah Pavlov yang melakukan eksperimen pada seekor anjing yang diberikan stimulus berupa bunyi lonceng lalu dikasih makanan, maka air liur anjing pun keluar, dilakukan beberapa kali pada suatu saat tertentu meskipun tidak diberi makanan hanya bunyi lonceng pun maka air liur anjing pun tetap keluar. Ini mengandung suatu makna bahwa pembelajaran yang dilakukan secara terus – menerus akan menyebabkan suatu kebiasaan.
Pavlov mengkaji keterkaitan antara rangsangan tak terlazim (tindak balas alami), kemudian melihat keterkaitan antara rangsangan terlazim dengan tindak balas tertentu.
Beberapa konsep atau prinsip pembelajaran menurut Pavlov sebagai berikut :
1). Pergetaran (Excitation)
Suatu rangsangan tak terlazim dapat membangkitkan reaksi sel – sel tertentu sehingga dapat menghasilkan tindak balas. Contohnya makanan dapat menyebabkan keluarnya air liur.
2). Penularan (Iradiation)
Terjadinya reaksi dari sel – sel lain yang berada di sekitar kawasan sel – sel yang berkenaan dengan rangsangan tak terlazim. Contohnya selain air liur yang keluar, keringat pun ikut keluar.
3). Generalisasi rangsangan (Stimulus Generalization)
Keadaan dimana organisme (individu) memberikan tindak balas yang sama terhadap rangsangan tertentu. Contohnya macam – macam makanan.
4). Penghapusan (Extintion)
Suatu tindak balas akan hilang secara perlahan – lahan apabila makin berkurangnya keterkaitan dengan rangsangan tak terlazim. Contohnya seseorang yang pandai bermain komputer, tapi sudah lama tidak menggunakannya maka bermain komputer pun akan kembali kaku.
Selain Pavlov ada juga Watson dan Edwin Gathrie yang merupakan tokoh teori Clasical Conditioning. Watson menganggap bahwa prilaku terbentuk melalui pembentukan tindak balas. Manusia dilahirkan dengan tindak pantulan (reflek) yang dapat dibentuk menjadi suatu tindak balas dengan memberikan suatu rangsangan tertentu. Tindak balas yang sudah terbina mempunyai keterkaitan satu sama lain. Proses pembelajaran menurut Watson adalah bagaimana melatih reflex – reflex itu dengan memberikan rangsangan – rangsanga tertentu sehingga membentuk tindak balas tertentu sesuai dengan yang dikehendaki. Ada dua prinsip yang dikembangkan oleh Watson, yaitu :
1). Prinsip kekerapan
Makin kerap individu bertindak balas terhadap suatu rangsangan apabila kelak muncul lagi rangsangan itu maka akan lebih besar kemungkinan individu memberikan tindak balas yang sama terhadap rangsangan itu.
2). Prinsip Kebaruan
Apabila individu membuat tindak balas yang baru terhadap rangsangan, maka kelak apabila muncul lagi rangsangan itu, besar kemungkinan individu akan bertindak balas dengan cara serupa kepada rangsangan itu.
Edwin Gathrie dengan teorinya yang dinamakan Contiquity theory yang menyatakan bahwa suatu kombinasi rangsangan yang dipasangkan dengan suatu gerakan akan diikuti oleh gerakan yang sama apabila rangsangan itu muncul kembali. Berbeda dengan Skiner dimana peneguhan (reinforcement) memiliki peranan yang penting dalam perubahan prilaku, sedangkan menurut Edwin Gathrie Reinforcement bukanlah factor terpenting dalam pembelajaran. Pembelajaran terjadi apabila pergerakan yang ada membuat situasi rangsangan dan tidak ada tindak balas lain yang muncul. Oleh karena itu dalam situasi yang sama, tindak balas yang sama akan diulangi lagi.
Teori Gathrie ini memiliki peranan dalam hal pembinaan dan perubahan kebiasaan.
Ada tiga metode untuk menghilangkan kebiasaan buruk, yaitu :
1). Metode Ambang (The threshold method)
Metode yang mengubah tindak balas dengan menurunkan/ meningkatkan rangsangan secara berangsur.
2). Metode meletihkan (The fatigue method)
Metode menghilangkan tindak balas yang tidak diinginkan dengan menggalakan individu mengulangi tindak balas itu sampai akhirnya ia letih sampai akhirnya tidak mau lagi berbuat demikian.
3). Metode rangsangan tak serasi (The incompatible method)
Memasangkan rangsangan yang menimbulkan tindak balas yang tidak diinginkan.
c. Operant Conditioning
Skiner adalah salah satu yang mengembangkan teori ini tentang stimulus respons. Dalam teorinya Skiner membedakan dua macam respons, yaitu Respondent respons (reflexive response) dan Operant response (instrumental respone). Respondent respons adalah respon yang ditimbulkan oleh perangsang – perangsang tertentu. Respon ini relatif tetap, artinya setiap ada stimulus yang sama maka akan muncul respons tertentu.
Skiner membagi dua Peneguhan, yaitu :
1). Peneguhan positif
Peneguhan yang mengandung suatu rangsangan yang makin memperkuat untuk mendorong tindak balas. Contohnya siswa yang mendapatkan nilai tinggi mendapatkan pujian.
2). Peneguhan negatif
Peneguhan yang mendorong siswa untuk menghindari tindak balas tertentu yang tidak memuaskan. Contohnya siswa yang mendapatkan hukuman untuk tidak melakukan kesalahan lagi.
Skiner juga membagi dua jenis peneguhan, yaitu :
1). Peneguhan primer
Peneguhan yang dapat memperkuat tindak balas tanpa harus dipelajari/ dilatih dan sangat essensial bagi kelangsungan hidup. Contohnya makanan, minuman, sehat dan hubungan sosial.
2). Peneguhan sekunder
Peneguhan yang terwujud karena pelaziman. Contohnya Suara musik, pujian.
Dalam mengembangkan suasana kelas yang positif, teori Skiner menyarankan peringkat – peringkat sebagai berikut :
1). Menganalisis keadaan lingkungan kelas
2). Mengembangkan hal – hal yang akan menjadi peneguhan positif
3). Memilih prilaku – prilaku pembelajaran yang akan diterapkan di kelas
4). Menerapkan prilaku pembelajaran dengan memberikan pengendalian untuk mencatat dan menyesuaikan kalau diperlukan.
Teori Skiner ini sangat besar pengaruhnya terutama dalam bidang teknologi pembelajaran, khususnya di AS. Munculnya berbagai pendekatan baru dalam pengajaran seperti pengajaran berprograma, pengajaran dengan bantuan komputer, mengajar dengan menggunakan mesin, semuanya berangkat dari konsep Skiner.
2. Teori Belajar Kognitif
Teori kognitif adalah kajian studi ilmiah mengenai proses – proses mental atau pikiran. Bagaimana informasi diperoleh, dipresentasikan dan ditransformasikan sebagai pengetahuan. Teori kognitif juga disebut teori pemrosesan informasi. Tingkah laku seseorang didasarkan pada tindakan mengenal/ memikirkan situasi dimana tingkah laku itu terjadi. Prinsip dasar teori kognitif :
• Belajar aktif
• Belajar lewat interaksi social
• Belajar lewat pengalaman sendiri
Teori belajar kognitif berkembang dengan ditandai lahirnya teori Gestalt (Mex Weitheimer) yang menyatakan bahwa pengalaman itu berstruktur yang terbentuk dalam suatu keseluruhan.
a. Teori Gestalt
Beberapa pencetus teori Gestalt adalah Koffka, Kohler, Wertheimer. Teori ini berbeda dengan teori-teori terdahulu, teori ini menyatakan bahwa belajar adalah mengembangkan insight. Insight adalah pemahaman terhadap hubungan antar bagian dalam situasi permasalahan. Berbeda dengan teori Behavioristik yang menganggap belajar atau tingkah laku itu bersifat mekanistik, sehingga mengabaikan peranan insight. Teori Gestalt justru menganggap bahwa insight adalah inti dari pembentukan tingkah laku.
Insight yang merupakan inti dari belajar menurut teori gestalt, memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1). Kemampuan insight seseorang tergantung kepada kemapuan dasar orang tersebut, sedangkan kemampuan dasar itu tergantung kepada usia dan posisi yang bersangkutan dalam kelompok spesiesnya.
2). Insight dipengaruhi atau tergantung kepada pengalaman masa lalunya yang relevan.
3). Insight tergantung kepada pengaturan dan penyediaan lingkungannya.
4). Pengertian merupakan inti dari insight . melalui pengertian individu akan dapat memecahkan persoalan. Pengertian itulah yang akan bisa menjadi kendaraan dalam memecahkan persoalan lain pada situasi yang berlainan.
5). Apabila insight telah diperoleh, maka dapat digunakan untuk dapat menghadapi persoalan dalam situasi lain. Di sisni terdapat semacam transfer belajar, namun yang ditransper bukanlah materi yang dipelajari, tetapi relasi – relasi dan generalisasi yang diperoleh melalui insight.
Pokok-pokok pandangan Gestalt berangkat dari empat asumsi dasar, yaitu :
1). Prilaku molar hendaknya lebih banyak dipelajari dibandingkan dengan pandangan molekular. Prilaku molekular adalah prilaku dalam bentuk kontraksi otot atau keluarnya kelenjar, sedangkan prilaku molar adalah prilaku dalam keterkaitan dengan lingkungan luar.
2). Hal yang penting dalam mempelajari prilaku adalah membedakan antara lingkungan geografis dengan lingkungan behavioral. Lingkungan geografis adalah lingkungan yang sebenarnya ada, sedangkan lingkungan behavioral adalah merujuk kepada sesuatu yang nampak.
3). Organisme tidak mereaksi terhadap rangsangan lokal atau unsur-unsur atau suatu bagian peristiwa, akan tetapi mereaksi terhadap keseluruhan objek atau peristiwa.
4). Pemberian makna terhadap suatu rangsangan sensori adalah merupakan suatu proses yang dinamis dan bukan sebagai suatu reaksi yang statis.
Beberapa prinsip penerapan teori belajar (Nasution, 1982) :
1). Belajar itu berdasarkan keseluruhan
Keseluruhan itu lebih memiliki makna dari bagian – bagian. Bagian – bagian hanya berarti apabila hanya dalam keseluruhan. Sebuah kata akan bermakna manakala ada dalam sebuah kalimat. Demikian juga kalimat akan memiliki makna apabila dalam suatu rangkaian karangan.
Makna dari prinsip ini bahwa belajar bukanlah dari fakta-fakta tetapi harus berangkat dari suatu permasalahan. Melalui masalah siswa dapat mempelajari fakta.
2). Anak yang belajar merupakan keseluruhan
Membelajarkan anak bukan hanya mengembangkan intelektual saja tetapi mengembangkan pribadi anak seutuhnya. Apa arti intelektual manakala tidak diikuti sikap yang baik atau tidak didikuti oleh pengembangan seluruh potensi yang ada dalam diri anak .
3). Belajar berkat insight
Belajar itu akan terjadi manakala dihadapkan kepada suatu permasalahan yang harus dipecahkan. Belajar bukanlah menghapal fakta. Melalui persoalan yang dihadapi itu anak akan mendapat insight yang sangat berguna untuk menghadapi masalah.
4). Belajar berdasarkan pengalaman
Pengalaman adalah kejadian yang dapat memberikan arti dan makna kehidupan setiap prilaku individu. Belajar melakukan reorganisasi pengalaman-pengalaman masa lalu yang secara terus-menerus disempurnakan.
b. Teori medan
Kurt Lewin adalah yang mengembangkan teori medan. Teori ini menganggap bahwa belajar adalah proses pemecahan masalah. Beberapa hal yang berkaitan dengan pemecahan masalah menurut Kurt Lewin adalah sebagai berikut:
1). Belajar adalah perubahan struktur kognitif. Setiap orang akan dapat memecahkan masalah apabila ia bisa mengubah struktur kognitif.
2). Pentingnya motivasi. Motivasi adalah faktor yang dapat mendorong setiap individu untuk berprilaku. Motivasi muncul karena ada daya tarik tertentu.
c. Teori Kontruktivisme
Pada pertengahan abad ke 20 Piaget mengembangkan teori kontuktivisme ini. Teori ini menganggap bahwa individu sejak kecil sudah memiliki kemampuan untuk menkonstruksi pengetahuannya sendiri. Pengetahuan yang dikonstruksi oleh anak sebagai subjek, maka akan menjadi pengetahuan yang bermakna, sedangkan pengetahuan yang hanya diperoleh melalui proses pemberitahuan tidak akan menjadi pengetahuan yang bermakna. Pengetahuan itu hanya untuk didingat sementara lalu dilupakan.
Menurut Piaget, bahwa mengkontruksi pengetahuan dilakukan dengan proses asimilasi dan akomodasi terhadap skema yang sudah ada. Skema adalah struktur kognitif yang terbentuk melalui proses pengalaman. Asimilasi adalah proses penyempurnaan skema yang telah terbentuk, dan akomodasi adalah proses perubahan skema. Sedangkan tahap – tahap perkembangan menurut Piaget adalah kematangan, pengalaman fisik/ lingkungan, transmisi sosial, dan equilibrium/ self regulation. Piaget juga membagi tingkat-tingkat perkembangan ke dalam tingkat sensori motorik, tingkat preoprasional, tingkat operasi konkrit, dan tingkat operasi formal.
Piaget juga berpendapat bahwa pertumbuhan kapasitas mental memberikan kemampuan – kemampuan mental baru yang sebelumnya tidak ada. Pertumbuhan intelektual adalah tidak kuantitatif, melainkan kualitatif. Apabila ahli biologi menekankan penjelasan tentang pertumbuhan struktur yang memungkinkan individu mengalami penyesuaian diri dengan lingkungan, maka Piaget tekanan penyelidikannya lain. Piaget menyelidiki masalah yang sama dari segi penyesuaian /adaptasi manusia serta meneliti perkembangan intelektual atau kognisi berdasarkan dalil bahwa struktur intelektual terbentuk di dalam individu akibat interaksinya dengan lingkungan.
d. Teori Dicovery Learning
Discovery Learning dikemukakan oleh Jerome Bruner yang menjadikan pendapat Piaget sebagai dasar pemikirannya. Piaget menyatakan bahwa anak harus berperanan secara aktif dalam belajar di kelas. Untuk itu Bruner memakai cara dengan apa yang disebutnya ”discovery learning”, yaitu dimana murid mengorganisasi bahan yang dipelajari dengan suatu bentuk akhir. Prosedur ini berbeda dengan reception learning atau expository teaching, dimana guru menerangkan semua informasi dan murid harus mempelajari semua bahan/ informasi itu.
Banyak pendapat yang mendukung discovery learning itu, diantaranya : J. Dewey (1933) dengan “complete art of reflective activity” atau terkenal dengan problem solving. Ide Bruner itu ditulis dalam bukunya Process of education. Di dalam buku itu dia melaporkan hasil dari suatu konferensi diantara para ahli science, ahli sekolah/ pengajaran dan pendidik tentang pengajaran science. Dalam hal ini ia mengemukakan pendapatnya, bahwa mata pelajaran dapat diajarkan secara efektif dalam bentuk intelektual yang sesuai dengan tingkat perkembangan anak. Pada tingkat permulaan pengajaran hendaknya dapat diberikan melalui cara – cara yang bermakna dan makin meningkat kearah yang abstrak.
The art of discovery dari Brunner adalah sebagai berikut :
1). Adanya suatu kenaikan di dalam potensi intelektual.
2). Ganjaran intrinsik lebih ditekankan daripada ekstrinsik.
3). Murid yang mempelajari bagaimana menemukan berarti murid itu menguasai metode discovery learning.
4). Murid lebih senang mengingat – ngingat informasi.
3. Teori Belajar Humanistik
Teori ini menganggap bahwa penyusunan dan penyajian materi pelajaran harus sesuai dengan perasaan dan perhatian siswa. Tujuannya adalah membantu siswa mengembangkan dirinya, yaitu membantu masing – masing individu untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik dan membantunya dalam mewujudkan potensi – potensi yang ada dalam diri mereka.
Teori ini berusaha meahami prilaku seseorang dari sudut si pelaku (behaver) bukan dari pengamat atau observer.
Perbedaan yang sangat mendasar antara teori behavioristik dengan humanistik ini dikenal dengan nama freedom determination issue. Para behaviorist memandang orang sebagai mahkluk reaktif yang memberikan responnya terhadap lingkungannya. Pengalaman lampau dan pemeliharaannya akan membentuk prilaku mereka. Sebaliknya para humanist menganggap bahwa tiap orang itu menentukan prilaku mereka sendiri. Mereka bebas dalam memilih kualitas hidup mereka tidak terikat oleh lingkungannya.
Implikasi guru sebagai fasilitator dalam Teori Belajar Humanistik adalah sebagai berikut :
1. Memberi perhatian kepada penciptaan suasana awal, situasi kelompok, atau pengalaman kelas.
2. membantu untuk memperoleh dan memperjelas tujuan – tujuan perorangan di dalam kelas dan juga tujuan – tujuan kelompok yang bersifat umum.
3. Mempercayai adanya keinginan dari masing-masing siswa untuk melaksanakan tujuan – tujuan yang bermakna bagi dirinya, sebagai kekuatan pendorong, yang tersembunyi di dalam belajar yang bermakna tadi.
4. Mencoba mengatur dan menyediakan sumber – sumber untuk belajar yang paling luas dan mudah dimanfaatkan para siswa untuk membantu mencapai tujuan mereka.
5. Menempatkan dirinya sendiri sebagai suatu sumber yang fleksibel untuk dapat dimanfaatkan oleh kelompok.
6. Menanggapi ungkapan – ungkapan dengan cara baik di dalam kelompok kelas, dan menerima baik isi yang bersifat intelektual dan sikap – sikap perasaan yang baik bagi individual ataupun bagi kelompok.
7. Bilamana cuaca penerima kelas telah mantap, fasilitator berangsur – angsur dapat berperanan sebagai seorang siswa yang turut berpartisipasi, seorang anggota kelompok, dan turut menyatakan pendangannya sebagai seorang individu, seperti siswa yang lain.
8. Tetap waspada terhadap ungkapan – ungkapan yang menandakan adanya perasaan yang dalam dan kuat selama belajar
a. Arthur Combs (1912-1999)
Combs dan kawan-kawan menyatakan bila kita ingin memahami prilaku orang kita harus mencoba memahami persepsi orang itu. Apabila kita ingin mengubah keyakinan atau pandangan orang itu, prilaku dalamlah yang membedakan seseorang dari yang lain. selanjutnya prilaku buruk itu sesungguhnya tak lain hanyalah dari ketidakmauan seseorang untuk melakukan sesuatu yang tidak akan memberikan kepuasan baginya. Apabila seorang guru mengeluh muridnya tidak mempunyai motivasi untuk melakukan sesuatu, ini sesungguhnya berarti bahwa siswa itu tidak mempunyai motivasi untuk melakukan sesuatu yang dikehendaki oleh guru itu.
Comb memberikan lukisan ”persepsi diri” dan ”persepsi dunia” seseorang seperti dua lingkaran besar dan kecil, yang bertitik pusat satu. Lingkaran kecil, adalah gambaran dari ”persepsi diri” dan lingkaran besar adalah gambaran dari ”persepsi dunia”, makin jauh peristiwa – peristiwa itu dari ”persepsi diri”, maka makin berkuraang pengaruhnya terhadapa prilakunya.
b. Maslow
Maslow mempunyai asumsi bahwa di dalam diri kita ada dua hal, yaitu :
1). Suatu usaha yang positif untuk berkembang
2). Kekuatan untuk melawan atau menolak perkembangan itu (Maslov, 1968)
Pada diri masing – masing mempunyai berbagai perasaan takut, seperti rasa takut untuk berusaha atau berkembang, takut untuk mengambil kesempatan, takut membahayakan apa yang sudah ia miliki dan sebagainya. Tetapi mendorong untuk maju ke arah keutuhan, keunikan, ke arah berfungsinya semua kemampuan, ke arah kepercayaan diri untuk menghadapi dunia luar dan pada saat itu juga ia dapat menerima diri sendiri.
Maslow membagi kebutuhan-kebutuhan ke dalam tujuh hirarki , bila sesorang sudah memenuhi kebutuhan yang pertama, barulah dapat menginginkan kebutuhan yang terletak di atasnya. Hirarki ini menurut maslov mempunyai implikasi yang penting yang harus diperhatikan oleh guru pada waktu dalam kegiatan pembelajaran. Ia mengatakan bahwa perhatian dan motivasi belajar, tidak mungkin berkenbang kalau kebutuhan dasar siswa tidak terpenuhi.
c. Carl Rogers
Dalam bukunya ”Freedon to learn” ia menunjukkan sejumlah prinsip – prinsip belajar humanistik yang penting, diantaranya adalah :
1). Manusia itu mempunyai kemampuan belajar secara alami
2). Belajar yang signifikan terjadi apabila subjek matter dirasakan murid mempunyai relevansi dengan maksud – maksudnya sendiri
3). Belajar yang menyangkut suatu perubahan di dalam persepsi mengenai dirinya sendiri, dianggap mengancam dan cenderung ditolaknya.
4). Tugas – tugas belajar yang mengancam diri adalah lebih mudah dirasakan dan diasimilasikan apabila ancaman – ancaman dari luar itu semakin kecil.
5). Apabila ancaman terhadap siswa rendah, pengalaman dapat diperoleh dengan berbagai cara yang berbeda-berbeda dan terjadilah proses belajar
6). Belajar yang bermakna diperoleh siswa dengan melakukannya.
7). Belajar diperlancar bilamana siswa dilibatkan dalam proses belajar dan ikut bertanggung jawab terhadap proses belajar itu.
8). Belajar atas inisiatif sendiri yang melibatkan pribadi siswa seutuhnya, baik perasaan maupun intelek merupakan cara yang dapat memberikan hasil yang mendalam dan lestari.
9). Kepercayaan terhadap diri sendiri, kemerdekaan, kreativitas lebih mudah dicapai apabila terutama siswa dibiasakan untuk mawas diri dan mengeritik dirinya sendiri dan penilaian diri orang lain, merupakan cara kedua yang penting.
10). Belajar yang paling berguna secara sosial, di dalam dunia modern ini adalah belajar mengenai proses belajar, suatu keterbuakaan yang terus menerus terhadap pengalaman dan penyatuannya ke dalam dirinya sendiri melalui proses perubahan itu.
4. Social Learning menurut Albert Bandura
Teori belajar sosial atau disebut juga teori observational learning adalah sebuah teori belajar yang relatif masih baru dibandingkan dengan teori – teori belajar lainnya. Berbeda dengan penganut Behaviorisme lainnya, Bandura memandang Perilaku individu tidak semata – mata refleks otomatis atas stimulus (S – R Bond), melainkan juga akibat reaksi yang timbul sebagai hasil interaksi antara lingkungan dengan skema kognitif individu itu sendiri. Prinsip dasar belajar menurut teori ini, bahwa yang dipelajari individu terutama dalam belajar sosial dan moral terjadi melalui peniruan (imitation) dan penyajian contoh perilaku (modeling). Teori ini juga masih memandang pentingnya conditioning. Melalui pemberian reward dan punishment, seorang individu akan berfikir dan memutuskan perilaku sosial mana yang perlu dilakukan.
Pengelompokkan Beberapa Teori belajar dapat dibuat Skema sebagai berikut :
1. Teori Belajar Behavioristik
a. Teori Belajar Koneksionisme (Throndike)
b. Clasical Conditioning
1). Pavlov
2). Watson
3). Edwin Gathrie
c. Operant Conditioning (Skiner)
2. Teori Belajar Kognitif
a. Teori Belajar Gestalt (Koffka, Kohler, Wertheimer)
b. Teori Medan (Kurt Lewin)
c. Teori kontriktivisme (Piaget)
d. Teori Discovery Learning (Jerome Brunner)
3. Teori Belajar Humanistik
a. Arthur Combs
b. Maslow
c. Carl Rogers.
4. Social and situation
a. Bandura
b. Lave and Wanger
c. Salomon
BAB III
PEMBAHASAN
Penulis akan mencoba menanggapi dari beberapa teori yang telah dipaparkan di atas. Penulis menganggap bahwa semua teori adalah benar karena para ahli yang mengemukakan pendapatnya mengenai teori belajar tersebut berangkat dari pengalaman dan penelitian yang sudah teruji secara empirik. Pertama – tama penulis akan menanggapi pendapat yang dikemukakan oleh Skiner yang merupakan aliran Behavioristik beliau sangat memperhatikan mengenai peneguhan (Reinforcement) dalam hal belajar atau berubahnya prilaku seseorang sangat dipengaruhi oleh peneguhan.
Berangkat dari sudut pandang agama, penulis akan mencoba memaparkan sebagai berikut : Kita sebagai umat islam tentu meyakini adanya suatu kehidupan yang kekal setelah kematian, manusia akan mengalami penghisaban dari apa yang telah dilakukan oleh kita selama hidup di dunia, sekecil apapun kebaikan yang kita lakukan akan mendapatkan balasan dari Allah SWT, begitu pula kita melakukan keburukan sekecil apapun juga akan mendapatkan balasannya.
Prilaku kita di dunia akan dipertanggungjawabkan kelak di akhirat. Tentu saja kita semua yang beragama islam memiliki tujuan yang sama, yaitu ingin mendapatkan keridhoan dari allah SWT. Meskipun untuk mencapai tujuan tersebut manusia memiliki jalan dan prilaku yang berbeda – beda tergantung dari kemampuan manusia itu untuk melakukan sesuatu. Rasa tanggung jawab kita sebagai seorang manusia yang mendorong kita untuk dapat melakukan sesuatu, ada kekuatan – kekuatan yang menghantarkan kita melakukan sesuatu baik itu datang dari lingkungan luar, maupun datangnya dari lingkungan dalam termasuk timbul dari dalam diri kita sendiri.
Pada usia tertentu kekuatan itu cenderung datang dari luar, misalnya dari orang tua kita, karena pada usia tersebut cenderung belum dapat memahami apa yang dilakukannya misalnya pada waktu kita kecil kita membaca buku, atau pergi mengaji cenderung karena di suruh orang tua kita, tetapi semakin kita dewasa dan semakin bertambah ilmu pengetahuan, maka kekuatan-kekuatan itu datang justru dari dalam diri kita sendiri.Pada saat kita membaca buku tentu tidak ada lagi yang menyuruh – nyuruh kita untuk melakukannya tentu adanya suatu kesadaran yang timbul dari dalam diri kita karena merupakan suatu kebutuhan.
Oleh karena itu saya sangat setuju dengan apa yang dikemukakan oleh Skiner bahwa Peneguhan (Reinforcement) memiliki peranan yang sangat penting dalam hal berubahnya suatu prilaku seseorang. Apabila kita tidak memiliki tujuan yang jelas hidup di dunia ini tentu kita tidak akan mendapatkan pelajaran-pelajaran yang berharga sehingga kita memiliki prilaku yang terus-menerus mengalami perubahan ke arah yang lebih baik.
Selanjutnya teori Gestalt yang merupakan aliran kognitif. Dalam teori ini menyatakan bahwa belajar merupakan proses mengembangkan insight (pemahaman terhadap hubungan antar bagian di dalam situasi permasalahan). Penulis menganggap teori ini pun bisa saja terjadi pada sebagian orang tertentu, kenapa penulis mengatakan demikian? menanggapi teori yang dikemukakan oleh Piaget bahwa dalam diri seseorang terdapat refleks – reflek pembawaan dan setiap individu itu berbeda – beda. Kita masih ingat bahwa setiap orang dikasih kemampuan, bakat bawaan oleh Allah SWT yang berbeda – beda.
Contoh dalam kehidupan sehari – hari dapat kita temukan seseorang yang bisa bernyanyi ada yang merupakan bawaan atau bakatnya memang dalam tarik suara, sehingga tanpa melalui proses belajar seseorang pun dapat bernyanyi dengan baik, tapi ada juga yang harus berlatih dengan keras sehingga pada akhirnya dia bisa menyanyikan lagu dengan baik, Pada saat seseorang memecahkan persoalan, ada yang memerlukan bantuan orang lain, ada juga seseorang tersebut dapat menyelesaikan tanpa bantuan orang lain.
Contoh lain ada anak yang dikasih pekerjaan rumah matematika untuk menyelesaikan beberapa soal pembagian, di rumahnya dia mempunyai kalkulator sebagai alat untuk dapat menyelesaikan soal-soal tersebut, tapi anak tersebut justru tidak menggunakan kalkulator untuk menyelesaikannya, tapi lebih cenderung menyelesaikan dengan mengikuti cara-cara guru yang dilakukan di Sekolah, tapi ada juga anak yang lebih memilih menggunakan kalkulator untuk menyelesaikan soal-soal tersebut. Dari kasus ini jelas bahwa belajar merupakan proses mengembangkan insight, tidak akan berlaku untuk setiap individu.
Selanjutnya penulis akan berbagi pengalaman dengan semua pembaca, menanggapi prinsip yang dikemukakan oleh nasution dalam pandangan teori Gestalt yang menyatakan bahwa belajar berdasarkan pengalaman. Pengalaman adalah kejadian yang dapat memberikan arti dan makna kehidupan setiap prilaku individu. Belajar melakukan reorganisasi pengalaman – pengalaman masa lalu yang secara terus – menerus disempurnakan. Penulis menganggap bahwa apabila kita bekerja keras dan berusaha ingin menampilkan yang terbaik kepada semua orang maka hasil yang kita peroleh pun akan sesuai dengan apa yang diharapkan, tetapi kenyataannya itu tidak terjadi, justru penulis merasa kecewa, dalam kesempatan lain penulis mencoba lagi berusaha tidak kenal putus asa, karena penulis meyakini bahwa ada pepatah yang mengatakan kegagalan adalah keberhasilan yang tertunda, maka penulis berusaha mencoba menampilkan lagi yang terbaik, sambil berdoa dan berusaha ternyata hasilnya cukup memuaskan. Itulah pelajaran yang cukup berharga dari apa yang telah penulis alami.
Prinsip yang dikemukakan oleh Nasution dalam pandangan teori Gestalt yang menyatakan bahwa belajar bukanlah dari fakta-fakta tetapi harus berangkat dari suatu permasalahan. Melalui masalah siswa dapat mempelajari fakta. patut penulis tanggapi juga, karena penulis menganggap semakin orang belajar dari permasalahan, maka semakin banyak pembelajaran yang diperoleh. Kita ingat setiap manusia akan selalu mendapatkan berbagai ujian dari Allah SWT, Penulis yakin itu dilakukan oleh Allah SWT semata – mata ingin mendewasakan umat manusia sampai umat manusia tersebut memahami akan jati dirinya sebagai hamba Allah yang senantiasa harus selalu berserah diri kepada – Nya.
Pada teori yang dikemukakan oleh oleh Gathrie pada Metode meletihkan (The fatigue method). Metode menghilangkan tindak balas yang tidak diinginkan dengan menggalakan individu mengulangi tindak balas itu sampai akhirnya ia letih sampai akhirnya tidak mau lagi berbuat demikian. Metode ini tentu bertentangan dengan teori Pavlov yang mengatakan bahwa pembelajaran yang dilakukan secara terus – menerus akan menyebabkan suatu kebiasaan. Sebagai suatu contoh seseorang yang memiliki kebiasaan merokok, bagaimana caranya supaya orang tersebut berhenti merokok? Apakah dengan terus-menerus merokok tanpa henti sampai akhirnya bosan sendiri? Apakah justru kekuatan-kekuatan yang timbul dari dalam dirinya ingin berhenti merokok?
Penulis ingat ada empat hal yang dapat merubah prilaku seseorang, yaitu informasi atau ilmu pengetahuan, pengalaman, lingkungan dan keinginan. Apabila keempat ini bisa kita kuasai, maka prilaku kita pun cenderung akan mengalami suatu perubahan.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Teori-teori yang telah dipaparkan penulis coba kaitkan dengan pengalaman sendiri dan mencoba menelaah dan mengamati prilaku seseorang yang ada di sekitar lingkungan penulis. Banyak teori-teori yang cocok dengan apa yang penulis alami, dan ada juga yang bertentangan. Itu sah-sah saja karena kita diciptakan berbeda dan berasal dari latar belakang hidup yang berbeda pula, maka cara pandang dan pola fikir kita pun pasti berbeda.
Banyak pelajaran yang berharga dari apa yang telah penulis bahas dalam makalah ini tentang Teori-Teori Belajar, kita mencoba membedakan antara lingkungan behavioral dengan lingkungan geografis untuk dapat berprilaku seseuai dengan kaidah-kaidah dan batasan-batasan tertentu, teori bisa saja berbeda tapi tujuan kita sama yaitu ingin lebih memahami peserta didik dalam hal belajar dari sudut pandang yang berbeda. Perbedaan mengenai faktor yang menyebabkan seseorang itu berprilaku, tentu kita tidak memandang sebagai pro kontra yang harus dipermasalahkan, tetapi justru dengan perbedaan itu akan melahirkan kesinergisan, kelemahan dan kelebihan dari teori-teori yang ada dijadikan sebagai acuan untuk kita sebagai seorang guru untuk membuat inovasi-inovasi baru melangkah kedepan mewujudkan tujuan yang diharapakan.
B. Saran
Dari pembahasan diatas penulis dapat memberikan saran sebagai berikut :
1. Guru harus memahami teori – teori belajar
2. Guru dapat mengimplementasikan teori – teori belajar berdasarkan situasi dan kebutuhan
3. Guru mampu mengintegrasikan beberapa teori belajar agar pembelajaran lebih dinamis, efektif, menyenangka, bermakna dan mencapai hasil yang optimal.
DAFTAR PUSTAKA
________ Teori Belajar Humanistik. [Online], Tersedia; Trimanjuniarso.wordpress.com. [26 Desember 2009].
________ Teori Belajar Behavioristik. [Online], Tersedia; Trimanjuniarso.wordpress.com. [26 Desember 2009].
________ (2009) Teori Pembelajaran. [Online], Tersedia; www.Teknologi – Pembeljaran.co.cc. [26 Desember 2009].
Biegge, L Morris (1982); Learning Theories for Teachers; Harper and Ror Publisher, New York.
Harun, Jamalludin dan Tasir, Zaidatun (2003); Multimedia Dalam Pendidikan [Online], Tersedia; http//e-media.iwarp.com. [20 Desember 2009].
Pamungkas, Dudi (2009); Teori Belajar yang Melandasi Proses Pembelajaran. [Online], Tersedia; www.GrameenFoundation.org. [26 Desember 2009].
Sagala, Syaiful, Dr (2007); Konsep dan Makna Pembelajaran (untuk membantu memecahkan problematika belajar dan mengajar), Alfabeta, Bandung.
Sudrajat, Akhmad (2008); Teori – teori Belajar. [Online], Tersedia; Trimanjuniarso.wordpress.com [26 Desember 2009].
Surya, Mohamad, Dr. Prof (2004); Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran; Pustaka Bani Quraisy, Bandung.
Friday, February 26, 2010
Perencanaan Pembelajaran
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembelajaran yang diidentikkan dengan kata “mengajar” berasal dari kata dasar “ajar” yang berarti petunjuk yang diberikan kepada orang supaya diketahui (diturut) ditambah dengan awalan “pe” dan akhiran “an menjadi “pembelajaran”, yang berarti proses, perbuatan, cara mengajar atau mengajarkan sehingga anak didik mau belajar (KBBI). Reformasi pendidikan memunculkan pembelajaran dalam 4 hal : learning to know, learning to do, lerning to be, learning to life together. Uu No. 20/2003 tentang Sisdiknas (pasal 1): pendidikan adalah usaha sadar dan Terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, Kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang Diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Seorang arsitek yang professional, sebelum ia membangun sebuah gedung, terlebih dahulu ia akan merancang bentuk gedung yang sesuai denga struktur dan kondisi tanah, selanjutnya ia akan menentuka berbagai bahan yang dibutuhkan, menghitung biaya yang diperlukan termasuk menentukan berapa jumlah pegawai yang dibutuhkan.mengapa seorang arsitek perlu melakukan semua itu? Itulah pentingnya perencanaan, begitu juga halnya dalam pembelajaran.
Berangkat dari hal tersebut diatas guru memilik peranan yang strategis sebagai perancang/ perencana pembelajaran agar pembelajaran tersebut berhasil dan bermutu. Perencanaan yang merupakan bagian dari desain pembelajaran itu sendiri merupakan proses awal penyusunan sesuatu yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pelaksanaan perencanaan tersebut dapat disusun dalam kurun waktu tertentu sesuai dengan keinginan yang membuat perencanaan. Dan yang lebih utama adalah perencanaan yang dibuat haruslah dapat dlaksanakan dengan mudah dan tepat sasaran, bukan malah membuat sulit pelaksanaanya.
Begitu halnya dengan perencanaan pembelajaran, yang direncanakan harus sesuai dengan target atau tujuan yang ingin dicapai dalam pendidikan. Disini Guru yang bertugas membuat perencanaan pembelajaran dituntut harus dapat menyusun berbagai program yang terkait dengan pengajaran sesuai dengan metode, pendekatan dan strategi yang akan digunakan.
Begitu urgennya perencanaan pembelajaran ini dalam pendidikan, maka dalam makalah yang berjudul “perencanaan pembelajaran” ini akan dibahas hal – hal yang berkaitan dengan perencanaan pembelajaran.
B. Manfaat dan Tujuan
1. Manfaat
Makalah ini dapat melatih penulis dalam penyusuan makalah, selain itu juga adalah :
1. Bagi para pembaca atau guru dapat menambah pengetahuan mengenai pentingnya Perencaan Pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan siswa.
2. Merupakan sumbangan pemikiran berkenaan Perencanaan Pembelajaran yang dapat merubah paradigma pembelajaran ke arah yang lebih maju, kondusif dan berkualitas.
2. Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah Desain Pembelajaran, selain itu hal yang lebih penting adalah dapat digunakan oleh pihak terkait sebagai acuan dan juga untuk meningkatkan profesionalisme dan kualitas pembelajaran.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Perencanaan Pembelajaran
Dilihat dari terminologinya, perencanaan pembelajaran terdiri atas dua kata, yakni kata perencanaan dan pembelajaran. Perencanaan berasal dari kata rencana yaitu pengambilan keputusan tentang apa yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan. Menurut Kaufman (1972) perencanaan adalah sebagai suatu proses untuk menetapkan ”kemana harus pergi” dan bagaimana untuk sampai ”ke tempat” itu dengan cara efektif dan efisien.
Setiap perencanaan minimal harus memiliki empat unsur :
1. Adanya tujuan yang harus dicapai (tujuan merupakan arah yang harus dicapai).
2. Adanya strategi untuk mencapai tujuan (berkaitan dengan penetapan keputusan yang harus dilakukan oleh seorang perencana).
3. Sumber daya yang dapat mendukung (penetapan sumberdaya yang diperlukan untuk mencapai tujuan).
4. Implementasi setiap keputusan (implementasi adalah pelaksanaan dari strategi dan penetapan sumber daya).
Berdasarkan unsur perencanaan yang telah dikemukaan diatas jadi perencanaan bukanlah khayalan atau angan – anagn yang ada dalam benak seseorang melainkan dideskripsikan secara jelas dalam suatu dokumen tertulis. Perencanaan merupakan hasil proses berpikir yang mendalam; hasil dari proses pengkajian dan mungkin penyeleksian dari berbagai alternatif yang dianggap lebih memiliki nilai efektivitas dan efisiensi.
Sedangkan pembelajaran dapat diartikan sebagai proses kerja sama antar guru dan siswa dalam memanfaatkan segala potensi dan sumber yang ada, baik potensi yang bersumber dari dalam diri siswa itu sendiri seperti minat,bakat dan kemampuan dasar yang dimiliki termasuk gaya belajar maupun potensi yang ada di luar diri siswa. Pembelajaran adalah terjemahan dar ”instruction”, menurut Gagne (1992) ”instruction is a set of event that effect learners in such a way that learning is facilitataed”. Oleh karena itu mengajar merupakan bagian dari pembelajaran (instruction) dimana peran guru lebih ditekankan kepada bagaimana merancang atau mengaransemen berbagai sumber dan fasilitas yang tesedia untuk digunakan atau dimanfaatkan siswa dalam mempelajari sesuatu.
Secara garis besar perencanaan pembelajaran mencakup kegiatan merumuskan tujuan apa yang ingin dicapai oleh suatu kegiatan pengajaran, cara apa yang akan dipakai untuk menilai pencapaian tujuan tersebut, materi/bahan apa yang akan disampaikan, bagaimana cara menyampaikannya, alat atau media apa yang diperlukan (R. Ibrahim 1993:2).
Dari pemaparan di atas, maka konsep perencanaan pembelajaran memiliki karakteristik sebagai berikut :
1. Perencanaan pembelajaran merupakan hasil dari proses berpikir.
2. Perencanaan pembelajaran disusun untuk mengubah perilaku sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
3. Perencanaan pembelajaran berisi tentang rangkaian kegiatan yang harus dilaksanakan untuk mencapai tujuan.
B. Komponen Perencanaan Pembelajaran
Yang dimaksud dengan Perencanaan pembelajaran berdasarkan beberapa pendapat, yakni;
1. Secara garis besar perencanaan pengajaran mencakup kegiatan merumuskan tujuan apa yang ingin dicapai oleh suatu kegiatan pengajaran, cara apa yang akan dipakai untuk menilai pencapaian tujuan tersebut, materi/ bahan apa yang akan disampaikan, bagaimana cara menyampaikannya, alat atau media apa yang diperlukan (R. Ibrahim 1993:2).
2. Perencanaan Pembelajaran sebagai pedoman mengajar bagi guru/ calon guru dan pedoman belajar bagi siswa.
3. Perencanaan Pembelajaran merupakan acuan jelas, oprasional, sistematis sebagai pedoman guru dan siswa dalam pembelajaran yang akan dilakukan.
Perencanaan Pembelajaran mikro, yaitu membuat perencanaan atau persiapan untuk setiap jenis keterampilan mengajar yang akan dilakukan. Karakteristik Pembelajaran Mikro, setiap unsur perencanaan tersebut lebih disederhanakan, dan ada penekanaan terhadap jenis keterampilan apa yang akan dilatihkan. Kesimpulan yang ditarik dari benang merah diatas, Perencanaan Pembelajaran adalah proses memperoyeksikan dari setiap komponen pembelajaran.
Pada dasarnya komponen perencanaan ada 3, antara lain;
1. Tujuan Pembelajaran
Tujuan Pembelajaran merupakan komponen utama yang terlebih dahulu harus dirumuskan guru dalam proses belajar mengajar, karena dengan perencanaan itu akan ditunjukkan tujuan yang harus dicapai (visi,misi dan sasaran). Dengan kata lain, tujuan adalah arah yang mempersatukan kegiatan pembangunan, tanpa adanya tujuan kegiatan pembelajaran/ pendidikan tidak akan berarti dan tidak terkandali. Tujuan merupakan cita-cita (harapan) atau visi – misi atau sasaran dan merupakan hal yang abolut dan tidak dapat ditawar lagi.
2. Bagaimana Perencanaan Itu Dimulai
Perencanaan harus dimulai dari titik yang pasti, dalam arti tidak dimulai dari nol sama sekali, melainkan dimulai dari tingakat yang telah dicapai selama ini. Disini mangindikasikan bahwa pendidikan itu bersifat continue, yang dalam pelaksanaanya pun harus mengembangkan apa yang telah dicapai sebelumnya, tak ubahnya dalam perencanaannya.
3. Cara Pencapain Tujuan
Merupakan alternatif cara atau upaya untuk mencapai tujuan dari titik berangkat yang telah ditentukan itu. Upaya ini dapat saja berbentuk pendekatan, kebijakan, juga strategi yang kemungkinannya sedikit banyak tergantung pada kemamuan untuk memilih man yang paling tepat dan efektif untuk mencapai tujuan tersebut.
Menurut Ralph W. Tyler (1975) komponen-komponen pembelajaran tersebut meliputi empat unsur yaitu:
1. Tujuan Pembelajaran, adalah suatu yang ingin dicapai dalam kegiatan pembelajaran, yaitu gambaran perubahan perilaku siswa ke arah yang lebih positif, baik dari segi pengatahuan keterampilan dan sikap.
2. Isi Pembelajaran, merupakan isi atau bahan yang akan dipelajari siswa.
3. Kegiatan Pembelajaran.
4. Evaluasi, evaluasi juga berfungsi sebagai dasar diagnosis belajar siswa yang dilanjutkan dengan bimbingan atau untuk pemberian pengayaan.
C. Jenis – jenis Perencanaan Pembelajaran
1. Perencanaan Permulaan (Preliminary Planning)
Perencanaan ini sangat diperlukan oleh guru- guru baru dan guru yang baru mulai tugasnya disuatu skekolah. Dari tugasnya ini perlu mengadakan serangkaian penyesuaian diri terhadap situasi- situasi baru, membantu murid dalam belajar, memberi kesan yang menyenangkan bagi murid, sehingga menjadi betah bersekolah.
2. Perencanaan Tahunan
Perencanaan ini berfungsi sebagai rencana jangka panjang. Langkah – langkahnya :
a. Menentukan tujuan pembelajaran.
b. Menyusun skor pelajaran sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
c. Mengorganisasikan isi pelajarandalam bentuk masalah – masalah atau unit – unit atau minat siswa.
d. Menentukan metode mengajar.
3. Perencanaan Hari Pertama
Dalam rencana ini memuat; melaksanakan hal- hal yang bersifat rutin, prosedur dan bahan pengajaran, pengaturan tempat duduk murid, cara pendekata guru dengan murid dan lain- lain.
4. Perencanaan Terus Menerus
Di sini dimaksudkan untuk merevisi rencana yang telah dibuat sebelumnya, karena rencana yang telah disusun sebelumnya itu masih dalam tartaran garis besarnya saja. Juga dalam perencanaan ini merupakan kelanjutan dari perencanaan yang sebelumnya.
5. Perencanaan Bersama (Resource Unit)
Dalam perencanaan ini, penyusunan rencana menjadio tanggung jawab bersama dari semua guru, kepala sekolah, penilik, dan pengawas. Mereka bersama- sama dalam suatu kelompok kerja menyusun suatu rencana yang luas yang dapat menjadi pegangan para guru.
6. Mengikutsertakan Murid Dalam Perencanaan
sebelum membuat perencanaan dengan murid, guru terlebih dahulu menyusun pre- planning dan telah mengadakan penjajakan sebelumnya tentang kebutuhan dan minat murid, sehingga pre- planning itu dapat sejalan dengan keiinginan mereka dan menghindari perubahan- perubahan yang tidak perlu.
7. Perencanaan Jangka Panjang
Aspek-aspeknya antara lain;
a. Perumusan tujuan- tujuan pembelajaran.
b. Memilih isi dan kegiatan belajar.
c. Mengorganisasi isi menjadi unit-unit. Belajar.
d. Menyusun unit- unit belajar.
e. Mengadakan seleksi atas prosedur- prosedur mengajar.
f. Mempertimbangkan metode evaluasi yang akan digunakan.
g. Perencanaan pengajaran unit
h. Perencanaan harian dan mingguan
Rencana ini berisikan rencana harian dan mingguan untuk setiap mata pelajaran, dan untuk rencana ,mingguan dibuat secara garis besarnya saja.
8. Rencana Kerja Harian
Rencana kerja harian terdiri dari dua kegiatan, yaitu; resitasi dan directed study. Dimana kedua kegiatan tersebut sangat berkaitan erat dengan unit dan tujuan pembelajaran.
Selain itu menurut besaran atau magnitude, maka perencanaan dapat dibagi dalam:
a. Perencanaan makro, yakni perencanaan yang mempunyai telaah nasional, yang menetapkan kebijakan-kebijakan yang akan ditempuh.
b. Perencanaan meso, kebijakan yang ditetapkan dalam perencanaan makro, kemudian dijabarkan lebih rinci kedalam program dalam dimensi yang lebih kecil.
c. Perencanaan mikro diartikan sebagai perencanaan tingkat institusional, dan merupakan jabaran lebih spesifik dari perencanaan tingkat meso
Menurut telaahnya, maka perencanaan dapat dibagi menjadi:
a. Perencanaan strategis yakni perencanaan yang berkaitan dengan penetapan tujuan, pengalokasikan sumber dalam mencapai tujuan dan kebijakan yang dipakai sebagai pedoman
b. Perencanaan manajerial, yaitu perencanaan yang ditujukan untuk mengarahkan proses pelaksanaan agar tujuan dapat dicapai secara efektif dan efisien
c. Perencanaan operasional, yakni perencanaan bersifat spesifik dan berfungsi memberi petunjuk konkret tentang pelaksanaan suatu program atau proyek, baik tentang aturan, prosedur dan ketentuan yang telah ditetapkan.
Ditinjau dari jangka waktu, maka perencanaan dibedakan dalam:
a. Perencanaan jangka panjang yaitu perencanaan yang mencakup kurun waktu 10 sampai dengan 25 tahun.
b. Perencanaan jangka menengah yaitu rencana yang mencakup kurun waktu antara 4 sampai dengan 10 tahun.
c. Rencana jangka pendek yaitu rencana yang mencakup kurun waktu antara 1 sampai dengan 3 tahun.
D. Kriteria Penyusunan Perencanaan Pembelajaran
Dibawah ini dijelaskan beberapa criteria penyususnan perencanaan perencanaan :
1. Signifikansi
Bahwa perencanaan pembelajaran hendaknya bermakna agar prosespembelajaran berjala efektif dan efisien.
2. Relevan
Bahwa perencanaan yang kita susun memiliki kesesuaian baikinternal maupun eksternal.
3. Kepastian
Bahwa perencanaan pembelajaran tidak lagi memuat pilihan – pilihan akan tetapi berisi langkah – langkah pasti yang dapat dilakukan secara sistematis dimana guru menentukan langkah – langkah yang sesuai dan dapa diimplementasikan.
4. Adaptibilitas
Perencanaan pembelajaran hendaknya bersifat lentur atau tidak kaku.
5. Kesederhanaan
Sederhana disini maksudnya bahwa perencanaan pembelajaran harus mudah diterjemahkan dan mudah diimplementasikan tidak rumit.
6. Prediktif
Perencanaan dapat menggambarkan ”apa yang akan terjadi, seandainya...”
E. Langkah – langkah Penyususnan Perencanan Pembelajaran
1. Merumuska Tujuan
Dalam merancang pembelajaran tugas guru yang utama dalah merumuskan tujuan pembelajara khusus beserta materi pelajarannya. Rumusan tujuan pembelajaran menurut Bloom (1956) harus mencakup 3 aspek :
a. Domain Kognitif.
b. Domain Afektik.
c. Domain Psikomotor.
2. Pengalaman Belajar
Memilih pengalaman belajar yang harus dilakukan siswa sesuai dengan tjuan pembelajaran. Belajar bukan hanya mencatat danmeghafal akan tetapi proses berpengalaman.
3. Kegiatan Belajar Mengajar
Menentukan kegiatan belajar mengajar yang sesuai, pada dasarnya guru dapat merancang melalui penedekatan kelompok atau individual.
4. Orang – orang Yang Terlibat
Perencanaan pembelajaran bertanggung jawab dalam menentukan orang yang akan membantu dalam proses pembelajaran. Orang – orang yang terlibat dalam pembelajaran khususnya yang berperan sebagai sumber belajar meliputi guru dan juga tenaga profesional.
5. Bahan dan Alat
Penyeleksian bahan dan alat juga merupakan bagian dari sistem perencanaan pembelajaran.
6. Fasilitas Fisik
Fasilitas fisik merupakan faktor yang juga akan berpengaruh terhadap keberhasilan proses pembelajaran. Fasilitas fisik dapat digunakan melalui proses perencanaan yangmatang melalui pengaturan secara profesional termasuk adanya sokongan finansial sesuai dengan kebutuhan.
7. Perencaaan Evaluasi dan Pengembangan
Melalui evaluasi kita dapat melihat keberhasilan perencanaan pembelajaran dan keberhasilan siswa mencapai tujuan pembelajaran. Evaluasi terhadap hasil belajar siswa akan memberikan informasi :
a. Kelemahan dalam perencanaan pembelajaran
b. Kekeliruan mendiagnosis siswa tentang kesiapan mengikuti pengalaman belajar.
c. Kelengkapan tujuan pembelajaran khusus.
d. Kelemahan – kelemahan instrumen yang digunakan untuk mengukur kemampuan siswa mencapa tujuan pembelajaran.
F. Manfaat dan Fungsi Perencanaan Pembelajaran
1. Manfaat Perencanaan Pembelajaran
Ada beberapa manfaat yang didapat dari perencanaan pembelajaran :
a. Melalui proses perencaan yang matang kita akan terhindar dari keberhasilan yang untung – untungan.
b. Sebagai alat untuk memecahkan masalah.
c. Untuk memanfaatkan berbagai sumber belajar secara tepat.
d. Perencaaan akan membeuat pemebelajaran sistematis
2. Fungsi Perencanaa Pembelajaran
Perencanaan pembelajaran memiliki beberapa fungsi diantaranya seperti dijelaskan berikut :
a. Fungsi kreatif
b. Fungsi inovatif
c. Fungsi selektif
d. Fungsi komunikatif
e. Fungsi prediktif
f. Fungsi akurasi
g. Fungsi pencapaian tujuan
h. Fngsi kontrol
Selain beberapa fungsi diatas, ada juga beberapa fungsi dari perencanaan pembelajaran itu sendiri adalah :
1. Memberi penjelasan terhadap guru pemahaman yang lebih jelas tentang tujuan pendidikan an hubungan dengan pelajaran yang dilaksanakan guna mencapai tujuan tersebut.
2. membantu guru memperjelas pemikiran tentang sumbangan pengajaranterhadapa pencapaian tujuan pembelajaran.
3. menembah keyakinan guru terhadap nilai- nilai yang terkandung dalam pengajaran yang diberikan dan prosedur yang digunakan.
4. membantu guru dalam rangkan mengenal kebutuhan- kebutuhan murid.
5. mengurangi kegiata yang bersifat trial dan error.
Perlu diperhatikan juga hal yang tidak kalah pentingnya dalam perencanaan pembelajaran, yaitu memperhatikan hal – hal yang harus dipersiapkan :
1. Memahami kurikulum.
2. Menguasai bahan pengajaran.
3. Menyusun program kerja.
4. Melaksanakan program kerja.
5. Menilai program pengajaran dan hasil proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan.
G. Hubungan Perencanaan Pembelajaran dan Desain Pembelajaran
Desain pembelajaran dapat diartikan sebagai proses yang sistematis untuk memecahkan persoalan pembelajaran melalui proses perencanaan bahan – bahan pembelajaran beserta aktifitas yang harus dilakukan, perencanaan sumber – sumber pembelajaran yang dapat digunakan serta perencanaan evaluasi keberhasilan. Sedangkan menurut Gentry (1994), berpendapat bahwa desain pembelajaran berkenaan dengan proses menentukan tujuan pembelajaran, strategi dan teknik untuk mencapai tujuan serta merancang media yang dapat digunakan untuk efektivitas pencapaian tujuan.
Perencanaan Pembelajaran berbeda dengan Desain Pembelajaran, namun keduanya saling berkaitan dan berhubungan sebagai program pembelajaran. Perencanaan pembelajaran disusun untuk kebutuhan guru dalam melaksanakan tugas mengajarnya. Dengan demikian, perencanaan merupakan kegiatan menterjemahkan kurikulum sekolah kedalam kegiatan pembelajaran di dalam kelas (Shambaugh dan Magliaro, 2006).
Walaupun perencanaan pebelajaran erkaitan erat dengan desain pembelajaran. Perencanaan lebih menekankan pada proses pengembanagan atau penerjemahan suatu kurikulum sekolah, sedangkan desain menekankan paa proses merancang program pembelajaran untuk membantu proses belajar siswa seperti yang dikemukakan Zook (2001) desain pembelajaran adalah ”a systematic thingking process to help learners learn”. Dengan demikian, pertimbangan dalm menyusun dan mengembangkan sebuah perencanaan pembelajaran adalah kurikulum yang berlaku di suatu lembaga; sedangkan pertimbangan dalam menyusun dan mengembangkan desain pembelajaran adalah siswa itu sebagai individu yang akan belajar dan mempelajari bahan pelajaran.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pemaparan diatas penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut :
1. perencanaan pembelajaran mencakup kegiatan merumuskan tujuan apa yang ingin dicapai oleh suatu kegiatan pengajaran, cara apa yang akan dipakai untuk menilai pencapaian tujuan tersebut, materi/bahan apa yang akan disampaikan, bagaimana cara menyampaikannya, alat atau media apa yang diperlukan.
2. Kompenen- komponen perencanaan pembelajaran diantaranya; tujuan, bagaimana perencanaa itu dimulai, cara mencapai tujuan.
3. Jenis – jenis perencanaan pembelajarann diantaranya; perencanaan permulaan, perencanaan tahunan, perencanaan untuk hari pertama, perencanaan terus menerus, mengikutsertakan murid dalam peremcanaan, perencanaan jangka panjang, perencanaan pengajaran unit, perencanaan harian dan mingguan, dan rencana kerja harian.
4. Fungsi perencanaan pembelajaran ; Memberi penjelasan terhadap guru pemahaman yang lebih jelas tentang tujuan pendidikan an hubungan dengan pelajaran yang dilaksanakan guna mencapai tujuan tersebut, membantu guru memperjelas pemikiran tentang sumbangan pengajaranterhadapa pencapaian tujuan pembelajaran, menembah keyakinan guru terhadap nilai - nilai yang terkandung dalam pengajaran yang diberikan dan prosedur yang digunakan.
5. hal yang tidak kalah pentingnya dalam perencanaan pembelajaran, yaitu memperhatikan hal – hal yang harus dipersiapkan : Memahami kurikulum, Menguasai bahan pengajaran. Menyusun program kerja, Melaksanakan program kerja, Menilai program pengajaran dan hasil proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan.
6. Perencanaan pembelajarn dan desain pembelajaran berkaitan erat.
B. Saran
Dari pembahasan diatas penulis dapat memberikan saran sebagai berikut :
1. Perencanaan pembelajaran merupakan hal yang sangat penting dalam proses pembelajaran Oleh karena itu harus dikerjakan secara sungguh – sungguh dan bukan hanya untuk memenuhi syarat administrasi akademik atau sekedar untuk menyenangkan pengawas.
2. Selain dikerjakan secara sungguh – sungguh guru juga harus pandai merencanakan perencanaan pembelajaran sesuai dengan kebutuhan.
DAFTAR PUSTAKA
Amalik, Oemar Proses Belajar Mengajar. Jakarta : Bumi Aksra. 2006
Majid, Abdul dan Andayani, Dian. Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya 2004.
Pamungkas, Dudi (2009); Teori Belajar yang Melandasi Proses Pembelajaran. [Online], Tersedia; www.GrameenFoundation.org. [26 Desember 2009].
Sanjaya, Wina (2008). Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Perdana Media Group.
Sa’ud, Udin Syaefudin dan Makmun, Abin Syamsudin. Perencanaan Pendidikan Suatu Pendekatan Komperehensif . Bandung : Remaja Rosdakarya, 2006.
Wahidi. Jadilah Guru yang Baik. [Online], Tersedia; http://makalahkumakalahmu.wordpress.com/ category/ makalah – perencanaan – pembelajaran. [03 Januari 2010].
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembelajaran yang diidentikkan dengan kata “mengajar” berasal dari kata dasar “ajar” yang berarti petunjuk yang diberikan kepada orang supaya diketahui (diturut) ditambah dengan awalan “pe” dan akhiran “an menjadi “pembelajaran”, yang berarti proses, perbuatan, cara mengajar atau mengajarkan sehingga anak didik mau belajar (KBBI). Reformasi pendidikan memunculkan pembelajaran dalam 4 hal : learning to know, learning to do, lerning to be, learning to life together. Uu No. 20/2003 tentang Sisdiknas (pasal 1): pendidikan adalah usaha sadar dan Terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, Kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang Diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Seorang arsitek yang professional, sebelum ia membangun sebuah gedung, terlebih dahulu ia akan merancang bentuk gedung yang sesuai denga struktur dan kondisi tanah, selanjutnya ia akan menentuka berbagai bahan yang dibutuhkan, menghitung biaya yang diperlukan termasuk menentukan berapa jumlah pegawai yang dibutuhkan.mengapa seorang arsitek perlu melakukan semua itu? Itulah pentingnya perencanaan, begitu juga halnya dalam pembelajaran.
Berangkat dari hal tersebut diatas guru memilik peranan yang strategis sebagai perancang/ perencana pembelajaran agar pembelajaran tersebut berhasil dan bermutu. Perencanaan yang merupakan bagian dari desain pembelajaran itu sendiri merupakan proses awal penyusunan sesuatu yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pelaksanaan perencanaan tersebut dapat disusun dalam kurun waktu tertentu sesuai dengan keinginan yang membuat perencanaan. Dan yang lebih utama adalah perencanaan yang dibuat haruslah dapat dlaksanakan dengan mudah dan tepat sasaran, bukan malah membuat sulit pelaksanaanya.
Begitu halnya dengan perencanaan pembelajaran, yang direncanakan harus sesuai dengan target atau tujuan yang ingin dicapai dalam pendidikan. Disini Guru yang bertugas membuat perencanaan pembelajaran dituntut harus dapat menyusun berbagai program yang terkait dengan pengajaran sesuai dengan metode, pendekatan dan strategi yang akan digunakan.
Begitu urgennya perencanaan pembelajaran ini dalam pendidikan, maka dalam makalah yang berjudul “perencanaan pembelajaran” ini akan dibahas hal – hal yang berkaitan dengan perencanaan pembelajaran.
B. Manfaat dan Tujuan
1. Manfaat
Makalah ini dapat melatih penulis dalam penyusuan makalah, selain itu juga adalah :
1. Bagi para pembaca atau guru dapat menambah pengetahuan mengenai pentingnya Perencaan Pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan siswa.
2. Merupakan sumbangan pemikiran berkenaan Perencanaan Pembelajaran yang dapat merubah paradigma pembelajaran ke arah yang lebih maju, kondusif dan berkualitas.
2. Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah Desain Pembelajaran, selain itu hal yang lebih penting adalah dapat digunakan oleh pihak terkait sebagai acuan dan juga untuk meningkatkan profesionalisme dan kualitas pembelajaran.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Perencanaan Pembelajaran
Dilihat dari terminologinya, perencanaan pembelajaran terdiri atas dua kata, yakni kata perencanaan dan pembelajaran. Perencanaan berasal dari kata rencana yaitu pengambilan keputusan tentang apa yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan. Menurut Kaufman (1972) perencanaan adalah sebagai suatu proses untuk menetapkan ”kemana harus pergi” dan bagaimana untuk sampai ”ke tempat” itu dengan cara efektif dan efisien.
Setiap perencanaan minimal harus memiliki empat unsur :
1. Adanya tujuan yang harus dicapai (tujuan merupakan arah yang harus dicapai).
2. Adanya strategi untuk mencapai tujuan (berkaitan dengan penetapan keputusan yang harus dilakukan oleh seorang perencana).
3. Sumber daya yang dapat mendukung (penetapan sumberdaya yang diperlukan untuk mencapai tujuan).
4. Implementasi setiap keputusan (implementasi adalah pelaksanaan dari strategi dan penetapan sumber daya).
Berdasarkan unsur perencanaan yang telah dikemukaan diatas jadi perencanaan bukanlah khayalan atau angan – anagn yang ada dalam benak seseorang melainkan dideskripsikan secara jelas dalam suatu dokumen tertulis. Perencanaan merupakan hasil proses berpikir yang mendalam; hasil dari proses pengkajian dan mungkin penyeleksian dari berbagai alternatif yang dianggap lebih memiliki nilai efektivitas dan efisiensi.
Sedangkan pembelajaran dapat diartikan sebagai proses kerja sama antar guru dan siswa dalam memanfaatkan segala potensi dan sumber yang ada, baik potensi yang bersumber dari dalam diri siswa itu sendiri seperti minat,bakat dan kemampuan dasar yang dimiliki termasuk gaya belajar maupun potensi yang ada di luar diri siswa. Pembelajaran adalah terjemahan dar ”instruction”, menurut Gagne (1992) ”instruction is a set of event that effect learners in such a way that learning is facilitataed”. Oleh karena itu mengajar merupakan bagian dari pembelajaran (instruction) dimana peran guru lebih ditekankan kepada bagaimana merancang atau mengaransemen berbagai sumber dan fasilitas yang tesedia untuk digunakan atau dimanfaatkan siswa dalam mempelajari sesuatu.
Secara garis besar perencanaan pembelajaran mencakup kegiatan merumuskan tujuan apa yang ingin dicapai oleh suatu kegiatan pengajaran, cara apa yang akan dipakai untuk menilai pencapaian tujuan tersebut, materi/bahan apa yang akan disampaikan, bagaimana cara menyampaikannya, alat atau media apa yang diperlukan (R. Ibrahim 1993:2).
Dari pemaparan di atas, maka konsep perencanaan pembelajaran memiliki karakteristik sebagai berikut :
1. Perencanaan pembelajaran merupakan hasil dari proses berpikir.
2. Perencanaan pembelajaran disusun untuk mengubah perilaku sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
3. Perencanaan pembelajaran berisi tentang rangkaian kegiatan yang harus dilaksanakan untuk mencapai tujuan.
B. Komponen Perencanaan Pembelajaran
Yang dimaksud dengan Perencanaan pembelajaran berdasarkan beberapa pendapat, yakni;
1. Secara garis besar perencanaan pengajaran mencakup kegiatan merumuskan tujuan apa yang ingin dicapai oleh suatu kegiatan pengajaran, cara apa yang akan dipakai untuk menilai pencapaian tujuan tersebut, materi/ bahan apa yang akan disampaikan, bagaimana cara menyampaikannya, alat atau media apa yang diperlukan (R. Ibrahim 1993:2).
2. Perencanaan Pembelajaran sebagai pedoman mengajar bagi guru/ calon guru dan pedoman belajar bagi siswa.
3. Perencanaan Pembelajaran merupakan acuan jelas, oprasional, sistematis sebagai pedoman guru dan siswa dalam pembelajaran yang akan dilakukan.
Perencanaan Pembelajaran mikro, yaitu membuat perencanaan atau persiapan untuk setiap jenis keterampilan mengajar yang akan dilakukan. Karakteristik Pembelajaran Mikro, setiap unsur perencanaan tersebut lebih disederhanakan, dan ada penekanaan terhadap jenis keterampilan apa yang akan dilatihkan. Kesimpulan yang ditarik dari benang merah diatas, Perencanaan Pembelajaran adalah proses memperoyeksikan dari setiap komponen pembelajaran.
Pada dasarnya komponen perencanaan ada 3, antara lain;
1. Tujuan Pembelajaran
Tujuan Pembelajaran merupakan komponen utama yang terlebih dahulu harus dirumuskan guru dalam proses belajar mengajar, karena dengan perencanaan itu akan ditunjukkan tujuan yang harus dicapai (visi,misi dan sasaran). Dengan kata lain, tujuan adalah arah yang mempersatukan kegiatan pembangunan, tanpa adanya tujuan kegiatan pembelajaran/ pendidikan tidak akan berarti dan tidak terkandali. Tujuan merupakan cita-cita (harapan) atau visi – misi atau sasaran dan merupakan hal yang abolut dan tidak dapat ditawar lagi.
2. Bagaimana Perencanaan Itu Dimulai
Perencanaan harus dimulai dari titik yang pasti, dalam arti tidak dimulai dari nol sama sekali, melainkan dimulai dari tingakat yang telah dicapai selama ini. Disini mangindikasikan bahwa pendidikan itu bersifat continue, yang dalam pelaksanaanya pun harus mengembangkan apa yang telah dicapai sebelumnya, tak ubahnya dalam perencanaannya.
3. Cara Pencapain Tujuan
Merupakan alternatif cara atau upaya untuk mencapai tujuan dari titik berangkat yang telah ditentukan itu. Upaya ini dapat saja berbentuk pendekatan, kebijakan, juga strategi yang kemungkinannya sedikit banyak tergantung pada kemamuan untuk memilih man yang paling tepat dan efektif untuk mencapai tujuan tersebut.
Menurut Ralph W. Tyler (1975) komponen-komponen pembelajaran tersebut meliputi empat unsur yaitu:
1. Tujuan Pembelajaran, adalah suatu yang ingin dicapai dalam kegiatan pembelajaran, yaitu gambaran perubahan perilaku siswa ke arah yang lebih positif, baik dari segi pengatahuan keterampilan dan sikap.
2. Isi Pembelajaran, merupakan isi atau bahan yang akan dipelajari siswa.
3. Kegiatan Pembelajaran.
4. Evaluasi, evaluasi juga berfungsi sebagai dasar diagnosis belajar siswa yang dilanjutkan dengan bimbingan atau untuk pemberian pengayaan.
C. Jenis – jenis Perencanaan Pembelajaran
1. Perencanaan Permulaan (Preliminary Planning)
Perencanaan ini sangat diperlukan oleh guru- guru baru dan guru yang baru mulai tugasnya disuatu skekolah. Dari tugasnya ini perlu mengadakan serangkaian penyesuaian diri terhadap situasi- situasi baru, membantu murid dalam belajar, memberi kesan yang menyenangkan bagi murid, sehingga menjadi betah bersekolah.
2. Perencanaan Tahunan
Perencanaan ini berfungsi sebagai rencana jangka panjang. Langkah – langkahnya :
a. Menentukan tujuan pembelajaran.
b. Menyusun skor pelajaran sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
c. Mengorganisasikan isi pelajarandalam bentuk masalah – masalah atau unit – unit atau minat siswa.
d. Menentukan metode mengajar.
3. Perencanaan Hari Pertama
Dalam rencana ini memuat; melaksanakan hal- hal yang bersifat rutin, prosedur dan bahan pengajaran, pengaturan tempat duduk murid, cara pendekata guru dengan murid dan lain- lain.
4. Perencanaan Terus Menerus
Di sini dimaksudkan untuk merevisi rencana yang telah dibuat sebelumnya, karena rencana yang telah disusun sebelumnya itu masih dalam tartaran garis besarnya saja. Juga dalam perencanaan ini merupakan kelanjutan dari perencanaan yang sebelumnya.
5. Perencanaan Bersama (Resource Unit)
Dalam perencanaan ini, penyusunan rencana menjadio tanggung jawab bersama dari semua guru, kepala sekolah, penilik, dan pengawas. Mereka bersama- sama dalam suatu kelompok kerja menyusun suatu rencana yang luas yang dapat menjadi pegangan para guru.
6. Mengikutsertakan Murid Dalam Perencanaan
sebelum membuat perencanaan dengan murid, guru terlebih dahulu menyusun pre- planning dan telah mengadakan penjajakan sebelumnya tentang kebutuhan dan minat murid, sehingga pre- planning itu dapat sejalan dengan keiinginan mereka dan menghindari perubahan- perubahan yang tidak perlu.
7. Perencanaan Jangka Panjang
Aspek-aspeknya antara lain;
a. Perumusan tujuan- tujuan pembelajaran.
b. Memilih isi dan kegiatan belajar.
c. Mengorganisasi isi menjadi unit-unit. Belajar.
d. Menyusun unit- unit belajar.
e. Mengadakan seleksi atas prosedur- prosedur mengajar.
f. Mempertimbangkan metode evaluasi yang akan digunakan.
g. Perencanaan pengajaran unit
h. Perencanaan harian dan mingguan
Rencana ini berisikan rencana harian dan mingguan untuk setiap mata pelajaran, dan untuk rencana ,mingguan dibuat secara garis besarnya saja.
8. Rencana Kerja Harian
Rencana kerja harian terdiri dari dua kegiatan, yaitu; resitasi dan directed study. Dimana kedua kegiatan tersebut sangat berkaitan erat dengan unit dan tujuan pembelajaran.
Selain itu menurut besaran atau magnitude, maka perencanaan dapat dibagi dalam:
a. Perencanaan makro, yakni perencanaan yang mempunyai telaah nasional, yang menetapkan kebijakan-kebijakan yang akan ditempuh.
b. Perencanaan meso, kebijakan yang ditetapkan dalam perencanaan makro, kemudian dijabarkan lebih rinci kedalam program dalam dimensi yang lebih kecil.
c. Perencanaan mikro diartikan sebagai perencanaan tingkat institusional, dan merupakan jabaran lebih spesifik dari perencanaan tingkat meso
Menurut telaahnya, maka perencanaan dapat dibagi menjadi:
a. Perencanaan strategis yakni perencanaan yang berkaitan dengan penetapan tujuan, pengalokasikan sumber dalam mencapai tujuan dan kebijakan yang dipakai sebagai pedoman
b. Perencanaan manajerial, yaitu perencanaan yang ditujukan untuk mengarahkan proses pelaksanaan agar tujuan dapat dicapai secara efektif dan efisien
c. Perencanaan operasional, yakni perencanaan bersifat spesifik dan berfungsi memberi petunjuk konkret tentang pelaksanaan suatu program atau proyek, baik tentang aturan, prosedur dan ketentuan yang telah ditetapkan.
Ditinjau dari jangka waktu, maka perencanaan dibedakan dalam:
a. Perencanaan jangka panjang yaitu perencanaan yang mencakup kurun waktu 10 sampai dengan 25 tahun.
b. Perencanaan jangka menengah yaitu rencana yang mencakup kurun waktu antara 4 sampai dengan 10 tahun.
c. Rencana jangka pendek yaitu rencana yang mencakup kurun waktu antara 1 sampai dengan 3 tahun.
D. Kriteria Penyusunan Perencanaan Pembelajaran
Dibawah ini dijelaskan beberapa criteria penyususnan perencanaan perencanaan :
1. Signifikansi
Bahwa perencanaan pembelajaran hendaknya bermakna agar prosespembelajaran berjala efektif dan efisien.
2. Relevan
Bahwa perencanaan yang kita susun memiliki kesesuaian baikinternal maupun eksternal.
3. Kepastian
Bahwa perencanaan pembelajaran tidak lagi memuat pilihan – pilihan akan tetapi berisi langkah – langkah pasti yang dapat dilakukan secara sistematis dimana guru menentukan langkah – langkah yang sesuai dan dapa diimplementasikan.
4. Adaptibilitas
Perencanaan pembelajaran hendaknya bersifat lentur atau tidak kaku.
5. Kesederhanaan
Sederhana disini maksudnya bahwa perencanaan pembelajaran harus mudah diterjemahkan dan mudah diimplementasikan tidak rumit.
6. Prediktif
Perencanaan dapat menggambarkan ”apa yang akan terjadi, seandainya...”
E. Langkah – langkah Penyususnan Perencanan Pembelajaran
1. Merumuska Tujuan
Dalam merancang pembelajaran tugas guru yang utama dalah merumuskan tujuan pembelajara khusus beserta materi pelajarannya. Rumusan tujuan pembelajaran menurut Bloom (1956) harus mencakup 3 aspek :
a. Domain Kognitif.
b. Domain Afektik.
c. Domain Psikomotor.
2. Pengalaman Belajar
Memilih pengalaman belajar yang harus dilakukan siswa sesuai dengan tjuan pembelajaran. Belajar bukan hanya mencatat danmeghafal akan tetapi proses berpengalaman.
3. Kegiatan Belajar Mengajar
Menentukan kegiatan belajar mengajar yang sesuai, pada dasarnya guru dapat merancang melalui penedekatan kelompok atau individual.
4. Orang – orang Yang Terlibat
Perencanaan pembelajaran bertanggung jawab dalam menentukan orang yang akan membantu dalam proses pembelajaran. Orang – orang yang terlibat dalam pembelajaran khususnya yang berperan sebagai sumber belajar meliputi guru dan juga tenaga profesional.
5. Bahan dan Alat
Penyeleksian bahan dan alat juga merupakan bagian dari sistem perencanaan pembelajaran.
6. Fasilitas Fisik
Fasilitas fisik merupakan faktor yang juga akan berpengaruh terhadap keberhasilan proses pembelajaran. Fasilitas fisik dapat digunakan melalui proses perencanaan yangmatang melalui pengaturan secara profesional termasuk adanya sokongan finansial sesuai dengan kebutuhan.
7. Perencaaan Evaluasi dan Pengembangan
Melalui evaluasi kita dapat melihat keberhasilan perencanaan pembelajaran dan keberhasilan siswa mencapai tujuan pembelajaran. Evaluasi terhadap hasil belajar siswa akan memberikan informasi :
a. Kelemahan dalam perencanaan pembelajaran
b. Kekeliruan mendiagnosis siswa tentang kesiapan mengikuti pengalaman belajar.
c. Kelengkapan tujuan pembelajaran khusus.
d. Kelemahan – kelemahan instrumen yang digunakan untuk mengukur kemampuan siswa mencapa tujuan pembelajaran.
F. Manfaat dan Fungsi Perencanaan Pembelajaran
1. Manfaat Perencanaan Pembelajaran
Ada beberapa manfaat yang didapat dari perencanaan pembelajaran :
a. Melalui proses perencaan yang matang kita akan terhindar dari keberhasilan yang untung – untungan.
b. Sebagai alat untuk memecahkan masalah.
c. Untuk memanfaatkan berbagai sumber belajar secara tepat.
d. Perencaaan akan membeuat pemebelajaran sistematis
2. Fungsi Perencanaa Pembelajaran
Perencanaan pembelajaran memiliki beberapa fungsi diantaranya seperti dijelaskan berikut :
a. Fungsi kreatif
b. Fungsi inovatif
c. Fungsi selektif
d. Fungsi komunikatif
e. Fungsi prediktif
f. Fungsi akurasi
g. Fungsi pencapaian tujuan
h. Fngsi kontrol
Selain beberapa fungsi diatas, ada juga beberapa fungsi dari perencanaan pembelajaran itu sendiri adalah :
1. Memberi penjelasan terhadap guru pemahaman yang lebih jelas tentang tujuan pendidikan an hubungan dengan pelajaran yang dilaksanakan guna mencapai tujuan tersebut.
2. membantu guru memperjelas pemikiran tentang sumbangan pengajaranterhadapa pencapaian tujuan pembelajaran.
3. menembah keyakinan guru terhadap nilai- nilai yang terkandung dalam pengajaran yang diberikan dan prosedur yang digunakan.
4. membantu guru dalam rangkan mengenal kebutuhan- kebutuhan murid.
5. mengurangi kegiata yang bersifat trial dan error.
Perlu diperhatikan juga hal yang tidak kalah pentingnya dalam perencanaan pembelajaran, yaitu memperhatikan hal – hal yang harus dipersiapkan :
1. Memahami kurikulum.
2. Menguasai bahan pengajaran.
3. Menyusun program kerja.
4. Melaksanakan program kerja.
5. Menilai program pengajaran dan hasil proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan.
G. Hubungan Perencanaan Pembelajaran dan Desain Pembelajaran
Desain pembelajaran dapat diartikan sebagai proses yang sistematis untuk memecahkan persoalan pembelajaran melalui proses perencanaan bahan – bahan pembelajaran beserta aktifitas yang harus dilakukan, perencanaan sumber – sumber pembelajaran yang dapat digunakan serta perencanaan evaluasi keberhasilan. Sedangkan menurut Gentry (1994), berpendapat bahwa desain pembelajaran berkenaan dengan proses menentukan tujuan pembelajaran, strategi dan teknik untuk mencapai tujuan serta merancang media yang dapat digunakan untuk efektivitas pencapaian tujuan.
Perencanaan Pembelajaran berbeda dengan Desain Pembelajaran, namun keduanya saling berkaitan dan berhubungan sebagai program pembelajaran. Perencanaan pembelajaran disusun untuk kebutuhan guru dalam melaksanakan tugas mengajarnya. Dengan demikian, perencanaan merupakan kegiatan menterjemahkan kurikulum sekolah kedalam kegiatan pembelajaran di dalam kelas (Shambaugh dan Magliaro, 2006).
Walaupun perencanaan pebelajaran erkaitan erat dengan desain pembelajaran. Perencanaan lebih menekankan pada proses pengembanagan atau penerjemahan suatu kurikulum sekolah, sedangkan desain menekankan paa proses merancang program pembelajaran untuk membantu proses belajar siswa seperti yang dikemukakan Zook (2001) desain pembelajaran adalah ”a systematic thingking process to help learners learn”. Dengan demikian, pertimbangan dalm menyusun dan mengembangkan sebuah perencanaan pembelajaran adalah kurikulum yang berlaku di suatu lembaga; sedangkan pertimbangan dalam menyusun dan mengembangkan desain pembelajaran adalah siswa itu sebagai individu yang akan belajar dan mempelajari bahan pelajaran.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pemaparan diatas penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut :
1. perencanaan pembelajaran mencakup kegiatan merumuskan tujuan apa yang ingin dicapai oleh suatu kegiatan pengajaran, cara apa yang akan dipakai untuk menilai pencapaian tujuan tersebut, materi/bahan apa yang akan disampaikan, bagaimana cara menyampaikannya, alat atau media apa yang diperlukan.
2. Kompenen- komponen perencanaan pembelajaran diantaranya; tujuan, bagaimana perencanaa itu dimulai, cara mencapai tujuan.
3. Jenis – jenis perencanaan pembelajarann diantaranya; perencanaan permulaan, perencanaan tahunan, perencanaan untuk hari pertama, perencanaan terus menerus, mengikutsertakan murid dalam peremcanaan, perencanaan jangka panjang, perencanaan pengajaran unit, perencanaan harian dan mingguan, dan rencana kerja harian.
4. Fungsi perencanaan pembelajaran ; Memberi penjelasan terhadap guru pemahaman yang lebih jelas tentang tujuan pendidikan an hubungan dengan pelajaran yang dilaksanakan guna mencapai tujuan tersebut, membantu guru memperjelas pemikiran tentang sumbangan pengajaranterhadapa pencapaian tujuan pembelajaran, menembah keyakinan guru terhadap nilai - nilai yang terkandung dalam pengajaran yang diberikan dan prosedur yang digunakan.
5. hal yang tidak kalah pentingnya dalam perencanaan pembelajaran, yaitu memperhatikan hal – hal yang harus dipersiapkan : Memahami kurikulum, Menguasai bahan pengajaran. Menyusun program kerja, Melaksanakan program kerja, Menilai program pengajaran dan hasil proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan.
6. Perencanaan pembelajarn dan desain pembelajaran berkaitan erat.
B. Saran
Dari pembahasan diatas penulis dapat memberikan saran sebagai berikut :
1. Perencanaan pembelajaran merupakan hal yang sangat penting dalam proses pembelajaran Oleh karena itu harus dikerjakan secara sungguh – sungguh dan bukan hanya untuk memenuhi syarat administrasi akademik atau sekedar untuk menyenangkan pengawas.
2. Selain dikerjakan secara sungguh – sungguh guru juga harus pandai merencanakan perencanaan pembelajaran sesuai dengan kebutuhan.
DAFTAR PUSTAKA
Amalik, Oemar Proses Belajar Mengajar. Jakarta : Bumi Aksra. 2006
Majid, Abdul dan Andayani, Dian. Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya 2004.
Pamungkas, Dudi (2009); Teori Belajar yang Melandasi Proses Pembelajaran. [Online], Tersedia; www.GrameenFoundation.org. [26 Desember 2009].
Sanjaya, Wina (2008). Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Perdana Media Group.
Sa’ud, Udin Syaefudin dan Makmun, Abin Syamsudin. Perencanaan Pendidikan Suatu Pendekatan Komperehensif . Bandung : Remaja Rosdakarya, 2006.
Wahidi. Jadilah Guru yang Baik. [Online], Tersedia; http://makalahkumakalahmu.wordpress.com/ category/ makalah – perencanaan – pembelajaran. [03 Januari 2010].
Friday, February 19, 2010
Aku Bukan Yang Terbaik
Segala rasa ini
Semua cerita denganmu
Dapatkah kau rasakan
Letihnya jiwa ini….Kau khianati
Jika memang aku bukan pilihan hatimu
Kucoba semua rasa
Tuk lupakan dirimu…Dibenakku
Khayalku terlintas
Betapa hancur hatiku
Saat kau tinggalkanku
Tuk selamanya
Memang kusadari semua
Aku bukanlah yang terbaik
Untuk bisa bersanding dengan dirimu
Kini hanya bayanganmu
Yang menjadi lukisan sepi
Biarkanlah cintaku yang tulus ini
Akan tetap abadi
Yakinkan aku tuhan
Inilah yang terbaik
Dia bukan milikku
Yang harus kucintai
Tuk selamanya
Teori Belajar Kontruktivisme
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Proses pembelajaran merupakan tahapan-tahapan yang dilalui dalam mengembangkan kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik seseorang, dalam hal ini adalah kemampuan yang harus dimiliki oleh siswa atau peserta didik. Salah satu peran yang dimiliki oleh seorang guru untuk melalui tahap-tahap ini adalah sebagai fasilitator. Untuk menjadi fasilitator yang baik guru harus berupaya dengan optimal mempersiapkan rancangan pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik anak didik, demi mencapai tujuan pembelajaran. Sebagaimana yang diungkapkan oleh E.Mulyasa (2007), bahwa tugas guru tidak hanya menyampaikan informasi kepada peserta didik, tetapi harus menjadi fasilitator yang bertugas memberikan kemudahan belajar (facilitate of learning) kepada seluruh peserta didik.
Untuk mampu melakukan proses pembelajaran ini si guru harus mampu menyiapkan proses pembelajarannya. Proses pembelajaran yang akan disiapkan oleh seorang guru hendaknya terlebih dahulu harus memperhatikan teori – teori yang melandasinya, dan bagaimana implikasinya dalam proses pembelajaran. Karena ada istilah teori tanpa praktek hanya untuk orang yang jenius dan praktek tanpa teori itu bodoh. Teori belajar secara arti merupakan suatu teori yang memfokuskan kepada penerangan dan penjelasan bagaimana proses pembelajaran itu berlaku didalam diri seseorang.
Dalam dunia pendidikan dikenal beberapa jenis teori belajar yang dirancang sebagai model untuk pembelajaran yang berasal dari temuan beberapa ahli psikologi dan pendidikan. Teori belajar itu diklasifikasikan kedalam tiga kelompok yaitu teori belajar Behavioristik, teori belajar Kognitif dan teori belajar Humanistik.
Para ahli yang mendasarkan teori belajarnya terhadap hasil penelitian mencoba merumuskan konsep belajar dengan tujuan agar dapat mencerdaskan manusia mulai dikenal dengan konsep – konsep yang dikemukakannya, tentunya dengan argumentasi ilmiah mereka dalam hal yang mereka temukan tersebut.
Namun, apakah teori belajar yang demikian terkenal itu merupakan teori belajar yang baik, terutama jika indikasinya untuk mempengaruhi pembelajaran dan proses sebelumnya yang disebut perencanaan pembelajaran dapat berhasil efektif membelajarkan manusia.
Filosofi pembelajaran kontekstual berakar dari paham progesifisme John Dewey. Yang mana intinya siswa akan belajar denagn baik apabila apa yang mereka pelajari berhubungan dengan apa yang mereka ketahui, serta proses belajar akan produktif jika siswa terlibat aktif dalam proses belajar disekolah.
Selain itu, ada sebuah teori baru lagi yang melatar belakangi teori Konstruktivisme.yaitu teori kognitif, siswa akan belajar dengan baik apabila mereka terlibat secara aktif dalam segala kegiatan dikelas dan berkesempatan untuk menemukan sendiri. Siswa menunjukkan hasil belajar dalam bentuk apa yang mereka ketahui dan apa yang dapat mereka lakukan. Belajar dipandang sebagai usaha atau kegiatan intelektual untuk membengkitkan ide-ide yang masih laten melalui kegiatan introspeksi.
Berpijak dari dua pandangan itu Konstruktivisme berkembang. Pada dasarnya pengetahuan dan keterampilan siswa diperoleh dari konteks yang terbatas dan sedikit demi sedikit.
Berikut ini kita akan membahas teori belajar Kontruktivisme dan implikasinya dalam proses pembelajaran.
A. Manfaat dan Tujuan
1. Manfaat
Makalah ini dapat melatih penulis dalam penyusuan makalah, selain itu juga adalah :
1. Bagi para pembaca atau guru dapat menambah pengetahuan mengenai pentingnya teori belajar Kontruktivisme dalam pembelajaran.
2. Merupakan sumbangan pemikiran berkenaan dengan teori belajar yang dapat merubah paradigma pembelajaran ke arah yang lebih maju, kondusif dan berkualitas.
2. Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah Teori – teori Pembelajaran, selain itu hal yang lebih penting adalah dapat digunakan oleh pihak terkait sebagai acuan dan juga untuk meningkatkan profesionalisme dan kualitas pembelajaran.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Teori Belajar Kontruktivisme
Kontruksi berarti bersifat membangun, dalam konteks filsafat pendidikan, Konstruktivisme adalah suatu upaya membangun tata susunan hidup yang berbudaya modern. Konstruktivisme merupakan landasan berfikir (filosofi) pembelajaran konstektual yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak sekonyong – konyong. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus mengkontruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata.
Sedangkan menurut Tran Vui Konstruktivisme adalah suatu filsafat belajar yang dibangun atas anggapan bahwa dengan memfreksikan pengalaman – pengalaman sendiri. sedangkan teori Konstruktivisme adalah sebuah teori yang memberikan kebebasan terhadap manusia yang ingin belajar atau mencari kebutuhannya dengan kemampuan untuk menemukan keinginan atau kebutuhannya tersebut denga bantuan fasilitasi orang lain.
Pada pertengahan abad ke 20 Piaget mengembangkan teori kontuktivisme ini. Teori ini menganggap bahwa individu sejak kecil sudah memiliki kemampuan untuk menkonstruksi pengetahuannya sendiri. Pengetahuan yang dikonstruksi oleh anak sebagai subjek, maka akan menjadi pengetahuan yang bermakna, sedangkan pengetahuan yang hanya diperoleh melalui proses pemberitahuan tidak akan menjadi pengetahuan yang bermakna. Pengetahuan itu hanya untuk didingat sementara lalu dilupakan.
Menurut Piaget, bahwa mengkontruksi pengetahuan dilakukan dengan proses asimilasi dan akomodasi terhadap skema yang sudah ada. Skema adalah struktur kognitif yang terbentuk melalui proses pengalaman. Asimilasi adalah proses penyempurnaan skema yang telah terbentuk, dan akomodasi adalah proses perubahan skema. Sedangkan tahap – tahap perkembangan menurut Piaget adalah kematangan, pengalaman fisik/ lingkungan, transmisi sosial, dan equilibrium/ self regulation. Piaget juga membagi tingkat-tingkat perkembangan ke dalam tingkat sensori motorik, tingkat preoprasional, tingkat operasi konkrit, dan tingkat operasi formal.
Piaget juga berpendapat bahwa pertumbuhan kapasitas mental memberikan kemampuan – kemampuan mental baru yang sebelumnya tidak ada. Pertumbuhan intelektual adalah tidak kuantitatif, melainkan kualitatif. Apabila ahli biologi menekankan penjelasan tentang pertumbuhan struktur yang memungkinkan individu mengalami penyesuaian diri dengan lingkungan, maka Piaget tekanan penyelidikannya lain. Piaget menyelidiki masalah yang sama dari segi penyesuaian /adaptasi manusia serta meneliti perkembangan intelektual atau kognisi berdasarkan dalil bahwa struktur intelektual terbentuk di dalam individu akibat interaksinya dengan lingkungan.
Dari keterangan diatas dapatlah ditarik kesimpulan bahwa teori ini memberikan keaktifan terhadap manusia untuk belajar menemukan sendiri kompetensi, pengetahuan atau teknologi, dan hal lain yang diperlukan guna mengembangkan dirinya sendiri. Adapun tujuan dari teori ini dalah sebagai berikut:
1. Adanya motivasi untuk siswa bahwa belajar adalah tanggung jawab siswa itu sendiri. Mengembangkan kemampuan siswa untuk mengejukan pertanyaan dan mencari sendiri pertanyaannya.
2. Membantu siswa untuk mengembangkan pengertian dan pemahaman konsep secara lengkap.
3. Mengembangkan kemampuan siswa untuk menjadi pemikir yang mandiri.
Lebih menekankan pada proses belajar bagaimana belajar itu.
B. Ciri – ciri Pembelajaran Secara Kontruktivisme
Dapat dilihat beberapa ciri – ciri pembelajaran secara Kontruktivisme :
1. Memberi peluang kepada murid membina pengetahuan baru melalui penglibatan dalam dunia nyata.
2. Menggalakkan soalan/ idea yang dimul akan oleh murid dan menggunakannya sebagai panduan merancang pengajaran.
3. Menyokong pembelajaran secara koperatif Mengambil kira sikap dan pembawaan murid.
4. Menggalakkan murid bertanya dan berdialog dengan murid & guru.
5. Menganggap pembelajaran sebagai suatu proses yang sama penting dengan hasil pembelajaran.
6. Menggalakkan proses inkuiri murid melalui kajian dan eksperimen.
Sharifah Norul Akmar Syed Zamri (2004) merumuskan prinsip asas konstruktivisme sebagai berikut:
Pembelajaran melibatkan pembinaan makna; Makna perlu dibina oleh pelajar daripada apa yang dilihat dan didengar oleh mereka. Tafsiran yang dibuat oleh pelajar mungkin berbeda dari tafsiran guru. Pembinaan makna secara dipengarnhi oleh pengetahuan dan pengalaman sebelumnya.
Pembinaan makna melibatkan proses yang aktif dan berpanjangan. Anak sejak lahir berusaha untuk membina makna tentang persekitarannya dan seterusnya proses ini akan berpanjangan sepanjang hidup mereka.
Pelajar bertanggungjawab terhadap pembelajaran masing – masing. Seseorang guru menyediakan peluang pembelajaran kepada murid dan murid membina pengetahuan berasaskan pengalaman yang penah mereka lalui. Dari perspektif konstruktivisme pengetahuan tidak boleh dipindahkan secara total dari guru kepada pelajar.
C. Prinsip Belajar Kontruktivisme
Secara garis besar, prinsip-prinsip Konstruktivisme yang diterapkan dalam belajar mengajar adalah :
1. Pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri.
2. Pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru kemurid, kecuali hanya dengan keaktifan murid sendiri untuk menalar.
3. Murid aktif megkontruksi secara terus menerus, sehingga selalu terjadi perubahan konsep ilmiah.
4. Guru sekedar membantu menyediakan saran dan situasi agar proses kontruksi berjalan lancar.
5. Menghadapi masalah yang relevan dengan siswa.
6. Struktur pembalajaran seputar konsep utama pentingnya sebuah pertanyaan.
7. mencari dan menilai pendapat siswa.
8. Menyesuaikan kurikulum untuk menanggapi anggapan siswa.
Dari semua itu hanya ada satu prinsip yang paling penting adalah guru tidak boleh hanya semata-mata memberikan pengetahuan kepada siswa. siswa harus membangun pengetahuan didalam benaknya sendiri. Seorang guru dapat membantu proses ini dengan cara – cara mengajar yang membuat informasi menjadi sangat bermakna dan sangat relevan bagi siswa, dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan sendiri ide – ide dan dengan mengajak siswa agar menyadari dan menggunakan strategi – strategi mereka sendiri untuk belajar. Guru dapat memberikan tangga kepada siswa yang mana tangga itu nantinya dimaksudkan dapat membantu mereka mencapai tingkat pemahaman yang lebih tinggi, tetapi harus diupayakan agar siswa itu sendiri yang memanjatnya.
D. Proses Belajar Menurut Kontruktivisme
Pada bagian ini akan dibahas proses belajar dari pandangan kontruktifistik dan dari aspek-aspek si belajar, peranan guru, sarana belajar, dan evaluasi belajar.
1. Proses belajar kontruktivistik secara konseptual proses belajar jika dipandang dari pendekatan kognitif, bukan sebagai perolehan informasi yang berlangsung satu arah dari luar kedalam diri siswa kepada pengalamannya melalui proses asimilasi dan akomodasi yang bermuara pada pemuktahiran struktur kognitifnya. Kegiatan belajar lebih dipandang dari segi prosesnya daripada segi perolehan pengetahuan.
2. Peranan siswa.
Menurut pandangan ini belajar merupakan suatu proses pembentukan pengetahuan. Pembentukan ini harus dilakukan oleh si pebelajar. Ia harus aktif melakukan kegiatan, aktif berfikir, menyusun konsep, dan memberi makna tentang hal – hal yang sedang dipelajari. Guru memang dapat dan harus mengambil prakarsa untuk menata lingkungan yang memberi peluang optimal bagi terjadinya belajar. Namun yang akhirnya paling menentukan adalah terwujudnya gejala belajar adalah niat belajar siswa itu sendiri.
3. Peranan guru.
Dalam pendekatan ini guru atau pendidik berperan membantu agar proses pengkontruksian pengetahuan oleh siswa berjalan lancar. Guru tidak mentransferkan pengetahuan yang telah dimilikinya, melainkan membantu siswa untuk membentuk pengetahuannya sebdiri.
4. Sarana belajar.
Pendekatan ini menekankan bahwa peranan utama dalam kegiatan belajar adalah aktifitas siswa dalam mengkontruksi pengetahuannya sendiri. Segala sesuatu seperti bahan, media, peralatan, lingkungan, dan fasilitas lainnya disediakan untuk membantu pembentukan tersebut.
5. Evaluasi.
Pandangan ini mengemukakan bahwa lingkungan belajar sangat mendukung munculnya berbagai pandangan dan interpretasi terhadap realitas, kontruksi pengetahuan, serta aktifitas-aktifitas lain yang didasarkan pada pengalaman.
Adapun Model Pengajaran Konstruktivisme. Model Pengajaran Interaktif (Biddulph & Osborne). Guru lebih sensitif kepada ide dan persoalan pelajar, guru menyediakan pengalaman penerokaan yang membolehkan pelajar menimbul persoalan dan mencadangkan penerangan yang munasabah, guru menydiakan aktivitas yang memfokuskan kapada ide dan persoalan oleh guru, guru menyediakan aktiviti yang menggalakkan pelajar membuat penyiasatan, guru berinteraksi dengan pelajar untuk mencabar dan melanjutkan idea mereka. Pengajaran Model Berpusatkan Masalah (Wheatley) guru memilih tugasan yang berkemungkinan menjadi masalah besar kepada pelajar, pelajar membuat tugasan dalam kelompok kecil, pelajar akan berkumpul semula untuk membentangkan kepada kelas dan guru hanya berperan sebagai fasilistor.
E. Implikasi Teori Belajar Kontruktivisme Terhadap Pembelajaran
Beberapa implikasi kontruktivisme terhadap pembelajaran adalah sebagai berikut:
1. Setiap guru akan pernah mengalami bahwa suatu materi telah dibahas dengan sejelas – jelasnya namun masih ada sebagian siswa yang belum mengerti ataupun tidak mengerti materi yang diajarkan sama sekali. Hal ini menunjukkan bahwa seorang guru dapat mengajar suatu materi kepada sisiwa dengan baik, namun seluruh atau sebagian siswanya tidak belajar sama sekali. Usaha keras seorang guru dalam mengajar tidak harus diikuti dengan hasil yang baik pada siswanya. Karena, hanya dengan usaha yang keras para sisiwa sedirilah para siswa akan betul – betul memahami suatu materi yang diajarkan.
2. Tugas setiap guru dalam memfasilitasi siswanya, sehingga pengetahuan materi yang dibangun atau dikonstruksi para siswa sendirisan bukan ditanamkan oleh guru. Para sisiwa harus dapat secara aktif mengasimilasikan dan mengakomodasi pengalaman baru kedalam kerangka kognitifnya.
3. Untuk mengajar dengan baik, guru harus memahami model – model mental yang digunakan para siswa untuk mengenal dunia mereka dan penalaran yang dikembangkandan yang dibuat para sisiwa untuk mendukung model – model itu.
4. Siswa perlu mengkonstruksi pemahaman mereka sendiri untuk masing – masing konsep materi sehingga guru dalam mengajar bukannya “menguliahi”, menerangkan atau upaya – upaya sejenis untuk memindahkan pengetahuan pada siswa tetapi menciptakan situasi bagi siswa yang membantu perkembangan mereka membuat konstruksi – konstruksi mental yang diperlukan
5. Kurikulum dirancang sedemikian rupa sehingga terjadi situasi yang memungkinkan pengetahuan dan keterampilan dapat dikonstruksi oleh peserta didik.
6. Latihan memecahkan masalah seringkali dilakukan melalui belajar kelompok dengan menganalisis masalah dalam kehidupan sehari – hari.
7. Peserta didik diharapkan selalu aktif dan dapat menemukan cara belajar yang sesuai dengan dirinya. Guru hanya sebagai fasilitator, mediator, dan teman yang membuat situasi kondusif untuk terjadinya konstruksi pengetahuan pada diri peserta didik.
sedangkan Pandangan Konstruktivisme Tentang Belajar adalah sebagai berikut:
1. Konstruktivisme memandang bahwa pengetahuan non objektif, bersifat temporer, selalu berubah dan tidak menentu.
2. Belajar adalah penyusunan pengetahuan dari dari pengalaman konkrit, aktifitas kolaboratif dan refleksi dan interpretasi.
3. Si pebelajar akan memiliki pemahaman yang berbeda terhadap pengetahuan tergantung pengalamannya dan persepektif yang didalam menginterprestasikannya.
Oleh karena itu terlihat guru yang menggunakan teori ini akan :
1. Bahasa dan cara berfikir anak berbeda dengan orang dewasa. Guru dalam mengajar dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara berfikir anak.
2. Anak – anak akan belajar lebih baik apabila dapat menghadapi lingkungan dengan baik. Guru membantu anak agar dapat berinteraksi dengan lingkungan sebaik – baiknya.
3. Bahan yang harus dipelajari anak dirasakan baru tetapi tidak asing.
4. memberikan peluang agar anak belajar sesuai tahap perkembangannya.
5. Di dalam kelas, anak – anak diberi peluang untuk saling berbicara dan diskusi dengan teman – temanya.
Beberapa penerapan kontruktivisme oleh guru :
1. Koperatif (CL, Cooperative Learning).
Pembelajaran koperatif sesuai dengan fitrah manusia sebagai makhluk sosial yang penuh ketergantungan dengan otrang lain, mempunyai tujuan dan tanggung jawab bersama, pembagian tugas, dan rasa senasib. Dengan memanfaatkan kenyatan itu, belajar berkelompok secara koperatif, siswa dilatih dan dibiasakan untuk saling berbagi (sharing) pengetahuan, pengalaman, tugas, tanggung jawab. Saling membantu dan berlatih berinteraksi – komunikasi – sosialisasi karena koperatif adalah miniature dari hidup bermasyarakat, dan belajar menyadari kekurangan dan kelebihan masing-masing.
Jadi model pembelajaran koperatif membuat berkelompok untuk bekerja sama saling membantu mengkontruksi konsep, menyelesaikan persoalan, atau inkuiri. Menurut teori dan pengalaman agar kelompok kohesif (kompak – partisipatif), tiap anggota kelompok terdiri dari 4 – 5 orang, siswa heterogen (kemampuan, gender, karekter), ada control dan fasilitasi, dan meminta tanggung jawab hasil kelompok berupa laporan atau presentasi.
Sintaks pembelajaran koperatif adalah informasi, pengarahan – strategi, membentuk kelompok heterogen, kerja kelompok, presentasi hasil kelompok, dan pelaporan.
2. Kontekstual (CTL, Contextual Teaching and Learning)
Pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang dimulai dengan sajian atau tanya jawab lisan (ramah, terbuka, negosiasi) yang terkait dengan dunia nyata kehidupan siswa (daily life modeling), sehingga akan terasa manfaat dari materi yang akan disajkan, motivasi belajar muncul, dunia pikiran siswa menjadi konkret, dan suasana menjadi kondusif - nyaman dan menyenangkan. Pensip pembelajaran kontekstual adalah aktivitas siswa, siswa melakukan dan mengalami, tidak hanya menonton dan mencatat, dan pengembangan kemampuan sosialisasi.
Ada tujuh indokator pembelajarn kontekstual sehingga bisa dibedakan dengan model lainnya, yaitu modeling (pemusatan perhatian, motivasi, penyampaian kompetensi-tujuan, pengarahan – petunjuk, rambu – rambu, contoh), questioning (eksplorasi, membimbing, menuntun, mengarahkan, mengembangkan, evaluasi, inkuiri, generalisasi), learning community (seluruh siswa partisipatif dalam belajar kelompok atau individual, minds – on, hands – on, mencoba, mengerjakan), inquiry (identifikasi, investigasi, hipotesis, konjektur, generalisasi, menemukan), constructivism (membangun pemahaman sendiri, mengkonstruksi konsep-aturan, analisis-sintesis), reflection (reviu, rangkuman, tindak lanjut), authentic assessment (penilaian selama proses dan sesudah pembelajaran, penilaian terhadap setiap aktvitas-usaha siswa, penilaian portofolio, penilaian se – objektif – objektifnya dari berbagai aspek dengan berbagai cara).
BAB III
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Kesimpulannya pendekatan pengajaran dan pembelajaran yang berasaskan Konstruktivisme akan memberi peluang kepada guru untuk memilih kaidah pengajaran dan pembelajaran yang sesuai dan murid dapat menentukan sendiri masa yang diperlukan untuk memperoleh suatu konsep atau pengetahuan. Disamping itu, guru dapat membuat penilaian sendiri dan menilai kefahamannya tentang sesuatu bidang pengetahuan dapat ditingkatkan lagi. Selain itu, beban guru sebagi pengajar akan berkurangan di mana guru lebih bertindak sebagai pemuda hcara atau fasilitator.
Pembelajaran secara Konstruktivisme berdasarkan beberapa pandangan baru tentang ilmu pengetahuan dan bagaimana boleh diperolehi ilmu tersebut. Pembentukan pengetahuan baru lahir daripada gabungan pembelajaran terlebih dahulu. Pembelajaran ini menggalakkan murid mencipta penyelesaian mereka sendiri dan menguji dengan menggunakan hippotesis – hipotesis dan idea – idea baru. Selain iti anak – anak akan belajar lebih baik dan dapat menghadapi lingkungan dengan baik dengan adanya guru yang membantu anak agar dapat berinteraksi dengan lingkungan sebaik – baiknya.
DAFTAR PUSTAKA
________ (2009) Teori Pembelajaran. [Online], Tersedia; www.Teknologi – Pembeljaran.co.cc. [26 Desember 2009].
NS, Dedi (2009); Teori Belajar Dalam Sistem Pembelajaran Online Learning. [Online], Tersedia; unek2kangdedis.blogspot.com. [29 Desember 2009].
Pamungkas, Dudi (2009); Teori Belajar yang Melandasi Proses Pembelajaran. [Online], Tersedia; www.GrameenFoundation.org. [26 Desember 2009].
Sanjaya, Wina (2008). Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Perdana Media Group.
Sudrajat, Akhmad (2008); Teori – teori Belajar. [Online], Tersedia; Trimanjuniarso.wordpress.com [26 Desember 2009].
Surya, Mohamad, Dr. Prof (2004); Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran; Pustaka Bani Quraisy, Bandung.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Proses pembelajaran merupakan tahapan-tahapan yang dilalui dalam mengembangkan kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik seseorang, dalam hal ini adalah kemampuan yang harus dimiliki oleh siswa atau peserta didik. Salah satu peran yang dimiliki oleh seorang guru untuk melalui tahap-tahap ini adalah sebagai fasilitator. Untuk menjadi fasilitator yang baik guru harus berupaya dengan optimal mempersiapkan rancangan pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik anak didik, demi mencapai tujuan pembelajaran. Sebagaimana yang diungkapkan oleh E.Mulyasa (2007), bahwa tugas guru tidak hanya menyampaikan informasi kepada peserta didik, tetapi harus menjadi fasilitator yang bertugas memberikan kemudahan belajar (facilitate of learning) kepada seluruh peserta didik.
Untuk mampu melakukan proses pembelajaran ini si guru harus mampu menyiapkan proses pembelajarannya. Proses pembelajaran yang akan disiapkan oleh seorang guru hendaknya terlebih dahulu harus memperhatikan teori – teori yang melandasinya, dan bagaimana implikasinya dalam proses pembelajaran. Karena ada istilah teori tanpa praktek hanya untuk orang yang jenius dan praktek tanpa teori itu bodoh. Teori belajar secara arti merupakan suatu teori yang memfokuskan kepada penerangan dan penjelasan bagaimana proses pembelajaran itu berlaku didalam diri seseorang.
Dalam dunia pendidikan dikenal beberapa jenis teori belajar yang dirancang sebagai model untuk pembelajaran yang berasal dari temuan beberapa ahli psikologi dan pendidikan. Teori belajar itu diklasifikasikan kedalam tiga kelompok yaitu teori belajar Behavioristik, teori belajar Kognitif dan teori belajar Humanistik.
Para ahli yang mendasarkan teori belajarnya terhadap hasil penelitian mencoba merumuskan konsep belajar dengan tujuan agar dapat mencerdaskan manusia mulai dikenal dengan konsep – konsep yang dikemukakannya, tentunya dengan argumentasi ilmiah mereka dalam hal yang mereka temukan tersebut.
Namun, apakah teori belajar yang demikian terkenal itu merupakan teori belajar yang baik, terutama jika indikasinya untuk mempengaruhi pembelajaran dan proses sebelumnya yang disebut perencanaan pembelajaran dapat berhasil efektif membelajarkan manusia.
Filosofi pembelajaran kontekstual berakar dari paham progesifisme John Dewey. Yang mana intinya siswa akan belajar denagn baik apabila apa yang mereka pelajari berhubungan dengan apa yang mereka ketahui, serta proses belajar akan produktif jika siswa terlibat aktif dalam proses belajar disekolah.
Selain itu, ada sebuah teori baru lagi yang melatar belakangi teori Konstruktivisme.yaitu teori kognitif, siswa akan belajar dengan baik apabila mereka terlibat secara aktif dalam segala kegiatan dikelas dan berkesempatan untuk menemukan sendiri. Siswa menunjukkan hasil belajar dalam bentuk apa yang mereka ketahui dan apa yang dapat mereka lakukan. Belajar dipandang sebagai usaha atau kegiatan intelektual untuk membengkitkan ide-ide yang masih laten melalui kegiatan introspeksi.
Berpijak dari dua pandangan itu Konstruktivisme berkembang. Pada dasarnya pengetahuan dan keterampilan siswa diperoleh dari konteks yang terbatas dan sedikit demi sedikit.
Berikut ini kita akan membahas teori belajar Kontruktivisme dan implikasinya dalam proses pembelajaran.
A. Manfaat dan Tujuan
1. Manfaat
Makalah ini dapat melatih penulis dalam penyusuan makalah, selain itu juga adalah :
1. Bagi para pembaca atau guru dapat menambah pengetahuan mengenai pentingnya teori belajar Kontruktivisme dalam pembelajaran.
2. Merupakan sumbangan pemikiran berkenaan dengan teori belajar yang dapat merubah paradigma pembelajaran ke arah yang lebih maju, kondusif dan berkualitas.
2. Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah Teori – teori Pembelajaran, selain itu hal yang lebih penting adalah dapat digunakan oleh pihak terkait sebagai acuan dan juga untuk meningkatkan profesionalisme dan kualitas pembelajaran.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Teori Belajar Kontruktivisme
Kontruksi berarti bersifat membangun, dalam konteks filsafat pendidikan, Konstruktivisme adalah suatu upaya membangun tata susunan hidup yang berbudaya modern. Konstruktivisme merupakan landasan berfikir (filosofi) pembelajaran konstektual yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak sekonyong – konyong. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus mengkontruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata.
Sedangkan menurut Tran Vui Konstruktivisme adalah suatu filsafat belajar yang dibangun atas anggapan bahwa dengan memfreksikan pengalaman – pengalaman sendiri. sedangkan teori Konstruktivisme adalah sebuah teori yang memberikan kebebasan terhadap manusia yang ingin belajar atau mencari kebutuhannya dengan kemampuan untuk menemukan keinginan atau kebutuhannya tersebut denga bantuan fasilitasi orang lain.
Pada pertengahan abad ke 20 Piaget mengembangkan teori kontuktivisme ini. Teori ini menganggap bahwa individu sejak kecil sudah memiliki kemampuan untuk menkonstruksi pengetahuannya sendiri. Pengetahuan yang dikonstruksi oleh anak sebagai subjek, maka akan menjadi pengetahuan yang bermakna, sedangkan pengetahuan yang hanya diperoleh melalui proses pemberitahuan tidak akan menjadi pengetahuan yang bermakna. Pengetahuan itu hanya untuk didingat sementara lalu dilupakan.
Menurut Piaget, bahwa mengkontruksi pengetahuan dilakukan dengan proses asimilasi dan akomodasi terhadap skema yang sudah ada. Skema adalah struktur kognitif yang terbentuk melalui proses pengalaman. Asimilasi adalah proses penyempurnaan skema yang telah terbentuk, dan akomodasi adalah proses perubahan skema. Sedangkan tahap – tahap perkembangan menurut Piaget adalah kematangan, pengalaman fisik/ lingkungan, transmisi sosial, dan equilibrium/ self regulation. Piaget juga membagi tingkat-tingkat perkembangan ke dalam tingkat sensori motorik, tingkat preoprasional, tingkat operasi konkrit, dan tingkat operasi formal.
Piaget juga berpendapat bahwa pertumbuhan kapasitas mental memberikan kemampuan – kemampuan mental baru yang sebelumnya tidak ada. Pertumbuhan intelektual adalah tidak kuantitatif, melainkan kualitatif. Apabila ahli biologi menekankan penjelasan tentang pertumbuhan struktur yang memungkinkan individu mengalami penyesuaian diri dengan lingkungan, maka Piaget tekanan penyelidikannya lain. Piaget menyelidiki masalah yang sama dari segi penyesuaian /adaptasi manusia serta meneliti perkembangan intelektual atau kognisi berdasarkan dalil bahwa struktur intelektual terbentuk di dalam individu akibat interaksinya dengan lingkungan.
Dari keterangan diatas dapatlah ditarik kesimpulan bahwa teori ini memberikan keaktifan terhadap manusia untuk belajar menemukan sendiri kompetensi, pengetahuan atau teknologi, dan hal lain yang diperlukan guna mengembangkan dirinya sendiri. Adapun tujuan dari teori ini dalah sebagai berikut:
1. Adanya motivasi untuk siswa bahwa belajar adalah tanggung jawab siswa itu sendiri. Mengembangkan kemampuan siswa untuk mengejukan pertanyaan dan mencari sendiri pertanyaannya.
2. Membantu siswa untuk mengembangkan pengertian dan pemahaman konsep secara lengkap.
3. Mengembangkan kemampuan siswa untuk menjadi pemikir yang mandiri.
Lebih menekankan pada proses belajar bagaimana belajar itu.
B. Ciri – ciri Pembelajaran Secara Kontruktivisme
Dapat dilihat beberapa ciri – ciri pembelajaran secara Kontruktivisme :
1. Memberi peluang kepada murid membina pengetahuan baru melalui penglibatan dalam dunia nyata.
2. Menggalakkan soalan/ idea yang dimul akan oleh murid dan menggunakannya sebagai panduan merancang pengajaran.
3. Menyokong pembelajaran secara koperatif Mengambil kira sikap dan pembawaan murid.
4. Menggalakkan murid bertanya dan berdialog dengan murid & guru.
5. Menganggap pembelajaran sebagai suatu proses yang sama penting dengan hasil pembelajaran.
6. Menggalakkan proses inkuiri murid melalui kajian dan eksperimen.
Sharifah Norul Akmar Syed Zamri (2004) merumuskan prinsip asas konstruktivisme sebagai berikut:
Pembelajaran melibatkan pembinaan makna; Makna perlu dibina oleh pelajar daripada apa yang dilihat dan didengar oleh mereka. Tafsiran yang dibuat oleh pelajar mungkin berbeda dari tafsiran guru. Pembinaan makna secara dipengarnhi oleh pengetahuan dan pengalaman sebelumnya.
Pembinaan makna melibatkan proses yang aktif dan berpanjangan. Anak sejak lahir berusaha untuk membina makna tentang persekitarannya dan seterusnya proses ini akan berpanjangan sepanjang hidup mereka.
Pelajar bertanggungjawab terhadap pembelajaran masing – masing. Seseorang guru menyediakan peluang pembelajaran kepada murid dan murid membina pengetahuan berasaskan pengalaman yang penah mereka lalui. Dari perspektif konstruktivisme pengetahuan tidak boleh dipindahkan secara total dari guru kepada pelajar.
C. Prinsip Belajar Kontruktivisme
Secara garis besar, prinsip-prinsip Konstruktivisme yang diterapkan dalam belajar mengajar adalah :
1. Pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri.
2. Pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru kemurid, kecuali hanya dengan keaktifan murid sendiri untuk menalar.
3. Murid aktif megkontruksi secara terus menerus, sehingga selalu terjadi perubahan konsep ilmiah.
4. Guru sekedar membantu menyediakan saran dan situasi agar proses kontruksi berjalan lancar.
5. Menghadapi masalah yang relevan dengan siswa.
6. Struktur pembalajaran seputar konsep utama pentingnya sebuah pertanyaan.
7. mencari dan menilai pendapat siswa.
8. Menyesuaikan kurikulum untuk menanggapi anggapan siswa.
Dari semua itu hanya ada satu prinsip yang paling penting adalah guru tidak boleh hanya semata-mata memberikan pengetahuan kepada siswa. siswa harus membangun pengetahuan didalam benaknya sendiri. Seorang guru dapat membantu proses ini dengan cara – cara mengajar yang membuat informasi menjadi sangat bermakna dan sangat relevan bagi siswa, dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan sendiri ide – ide dan dengan mengajak siswa agar menyadari dan menggunakan strategi – strategi mereka sendiri untuk belajar. Guru dapat memberikan tangga kepada siswa yang mana tangga itu nantinya dimaksudkan dapat membantu mereka mencapai tingkat pemahaman yang lebih tinggi, tetapi harus diupayakan agar siswa itu sendiri yang memanjatnya.
D. Proses Belajar Menurut Kontruktivisme
Pada bagian ini akan dibahas proses belajar dari pandangan kontruktifistik dan dari aspek-aspek si belajar, peranan guru, sarana belajar, dan evaluasi belajar.
1. Proses belajar kontruktivistik secara konseptual proses belajar jika dipandang dari pendekatan kognitif, bukan sebagai perolehan informasi yang berlangsung satu arah dari luar kedalam diri siswa kepada pengalamannya melalui proses asimilasi dan akomodasi yang bermuara pada pemuktahiran struktur kognitifnya. Kegiatan belajar lebih dipandang dari segi prosesnya daripada segi perolehan pengetahuan.
2. Peranan siswa.
Menurut pandangan ini belajar merupakan suatu proses pembentukan pengetahuan. Pembentukan ini harus dilakukan oleh si pebelajar. Ia harus aktif melakukan kegiatan, aktif berfikir, menyusun konsep, dan memberi makna tentang hal – hal yang sedang dipelajari. Guru memang dapat dan harus mengambil prakarsa untuk menata lingkungan yang memberi peluang optimal bagi terjadinya belajar. Namun yang akhirnya paling menentukan adalah terwujudnya gejala belajar adalah niat belajar siswa itu sendiri.
3. Peranan guru.
Dalam pendekatan ini guru atau pendidik berperan membantu agar proses pengkontruksian pengetahuan oleh siswa berjalan lancar. Guru tidak mentransferkan pengetahuan yang telah dimilikinya, melainkan membantu siswa untuk membentuk pengetahuannya sebdiri.
4. Sarana belajar.
Pendekatan ini menekankan bahwa peranan utama dalam kegiatan belajar adalah aktifitas siswa dalam mengkontruksi pengetahuannya sendiri. Segala sesuatu seperti bahan, media, peralatan, lingkungan, dan fasilitas lainnya disediakan untuk membantu pembentukan tersebut.
5. Evaluasi.
Pandangan ini mengemukakan bahwa lingkungan belajar sangat mendukung munculnya berbagai pandangan dan interpretasi terhadap realitas, kontruksi pengetahuan, serta aktifitas-aktifitas lain yang didasarkan pada pengalaman.
Adapun Model Pengajaran Konstruktivisme. Model Pengajaran Interaktif (Biddulph & Osborne). Guru lebih sensitif kepada ide dan persoalan pelajar, guru menyediakan pengalaman penerokaan yang membolehkan pelajar menimbul persoalan dan mencadangkan penerangan yang munasabah, guru menydiakan aktivitas yang memfokuskan kapada ide dan persoalan oleh guru, guru menyediakan aktiviti yang menggalakkan pelajar membuat penyiasatan, guru berinteraksi dengan pelajar untuk mencabar dan melanjutkan idea mereka. Pengajaran Model Berpusatkan Masalah (Wheatley) guru memilih tugasan yang berkemungkinan menjadi masalah besar kepada pelajar, pelajar membuat tugasan dalam kelompok kecil, pelajar akan berkumpul semula untuk membentangkan kepada kelas dan guru hanya berperan sebagai fasilistor.
E. Implikasi Teori Belajar Kontruktivisme Terhadap Pembelajaran
Beberapa implikasi kontruktivisme terhadap pembelajaran adalah sebagai berikut:
1. Setiap guru akan pernah mengalami bahwa suatu materi telah dibahas dengan sejelas – jelasnya namun masih ada sebagian siswa yang belum mengerti ataupun tidak mengerti materi yang diajarkan sama sekali. Hal ini menunjukkan bahwa seorang guru dapat mengajar suatu materi kepada sisiwa dengan baik, namun seluruh atau sebagian siswanya tidak belajar sama sekali. Usaha keras seorang guru dalam mengajar tidak harus diikuti dengan hasil yang baik pada siswanya. Karena, hanya dengan usaha yang keras para sisiwa sedirilah para siswa akan betul – betul memahami suatu materi yang diajarkan.
2. Tugas setiap guru dalam memfasilitasi siswanya, sehingga pengetahuan materi yang dibangun atau dikonstruksi para siswa sendirisan bukan ditanamkan oleh guru. Para sisiwa harus dapat secara aktif mengasimilasikan dan mengakomodasi pengalaman baru kedalam kerangka kognitifnya.
3. Untuk mengajar dengan baik, guru harus memahami model – model mental yang digunakan para siswa untuk mengenal dunia mereka dan penalaran yang dikembangkandan yang dibuat para sisiwa untuk mendukung model – model itu.
4. Siswa perlu mengkonstruksi pemahaman mereka sendiri untuk masing – masing konsep materi sehingga guru dalam mengajar bukannya “menguliahi”, menerangkan atau upaya – upaya sejenis untuk memindahkan pengetahuan pada siswa tetapi menciptakan situasi bagi siswa yang membantu perkembangan mereka membuat konstruksi – konstruksi mental yang diperlukan
5. Kurikulum dirancang sedemikian rupa sehingga terjadi situasi yang memungkinkan pengetahuan dan keterampilan dapat dikonstruksi oleh peserta didik.
6. Latihan memecahkan masalah seringkali dilakukan melalui belajar kelompok dengan menganalisis masalah dalam kehidupan sehari – hari.
7. Peserta didik diharapkan selalu aktif dan dapat menemukan cara belajar yang sesuai dengan dirinya. Guru hanya sebagai fasilitator, mediator, dan teman yang membuat situasi kondusif untuk terjadinya konstruksi pengetahuan pada diri peserta didik.
sedangkan Pandangan Konstruktivisme Tentang Belajar adalah sebagai berikut:
1. Konstruktivisme memandang bahwa pengetahuan non objektif, bersifat temporer, selalu berubah dan tidak menentu.
2. Belajar adalah penyusunan pengetahuan dari dari pengalaman konkrit, aktifitas kolaboratif dan refleksi dan interpretasi.
3. Si pebelajar akan memiliki pemahaman yang berbeda terhadap pengetahuan tergantung pengalamannya dan persepektif yang didalam menginterprestasikannya.
Oleh karena itu terlihat guru yang menggunakan teori ini akan :
1. Bahasa dan cara berfikir anak berbeda dengan orang dewasa. Guru dalam mengajar dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara berfikir anak.
2. Anak – anak akan belajar lebih baik apabila dapat menghadapi lingkungan dengan baik. Guru membantu anak agar dapat berinteraksi dengan lingkungan sebaik – baiknya.
3. Bahan yang harus dipelajari anak dirasakan baru tetapi tidak asing.
4. memberikan peluang agar anak belajar sesuai tahap perkembangannya.
5. Di dalam kelas, anak – anak diberi peluang untuk saling berbicara dan diskusi dengan teman – temanya.
Beberapa penerapan kontruktivisme oleh guru :
1. Koperatif (CL, Cooperative Learning).
Pembelajaran koperatif sesuai dengan fitrah manusia sebagai makhluk sosial yang penuh ketergantungan dengan otrang lain, mempunyai tujuan dan tanggung jawab bersama, pembagian tugas, dan rasa senasib. Dengan memanfaatkan kenyatan itu, belajar berkelompok secara koperatif, siswa dilatih dan dibiasakan untuk saling berbagi (sharing) pengetahuan, pengalaman, tugas, tanggung jawab. Saling membantu dan berlatih berinteraksi – komunikasi – sosialisasi karena koperatif adalah miniature dari hidup bermasyarakat, dan belajar menyadari kekurangan dan kelebihan masing-masing.
Jadi model pembelajaran koperatif membuat berkelompok untuk bekerja sama saling membantu mengkontruksi konsep, menyelesaikan persoalan, atau inkuiri. Menurut teori dan pengalaman agar kelompok kohesif (kompak – partisipatif), tiap anggota kelompok terdiri dari 4 – 5 orang, siswa heterogen (kemampuan, gender, karekter), ada control dan fasilitasi, dan meminta tanggung jawab hasil kelompok berupa laporan atau presentasi.
Sintaks pembelajaran koperatif adalah informasi, pengarahan – strategi, membentuk kelompok heterogen, kerja kelompok, presentasi hasil kelompok, dan pelaporan.
2. Kontekstual (CTL, Contextual Teaching and Learning)
Pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang dimulai dengan sajian atau tanya jawab lisan (ramah, terbuka, negosiasi) yang terkait dengan dunia nyata kehidupan siswa (daily life modeling), sehingga akan terasa manfaat dari materi yang akan disajkan, motivasi belajar muncul, dunia pikiran siswa menjadi konkret, dan suasana menjadi kondusif - nyaman dan menyenangkan. Pensip pembelajaran kontekstual adalah aktivitas siswa, siswa melakukan dan mengalami, tidak hanya menonton dan mencatat, dan pengembangan kemampuan sosialisasi.
Ada tujuh indokator pembelajarn kontekstual sehingga bisa dibedakan dengan model lainnya, yaitu modeling (pemusatan perhatian, motivasi, penyampaian kompetensi-tujuan, pengarahan – petunjuk, rambu – rambu, contoh), questioning (eksplorasi, membimbing, menuntun, mengarahkan, mengembangkan, evaluasi, inkuiri, generalisasi), learning community (seluruh siswa partisipatif dalam belajar kelompok atau individual, minds – on, hands – on, mencoba, mengerjakan), inquiry (identifikasi, investigasi, hipotesis, konjektur, generalisasi, menemukan), constructivism (membangun pemahaman sendiri, mengkonstruksi konsep-aturan, analisis-sintesis), reflection (reviu, rangkuman, tindak lanjut), authentic assessment (penilaian selama proses dan sesudah pembelajaran, penilaian terhadap setiap aktvitas-usaha siswa, penilaian portofolio, penilaian se – objektif – objektifnya dari berbagai aspek dengan berbagai cara).
BAB III
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Kesimpulannya pendekatan pengajaran dan pembelajaran yang berasaskan Konstruktivisme akan memberi peluang kepada guru untuk memilih kaidah pengajaran dan pembelajaran yang sesuai dan murid dapat menentukan sendiri masa yang diperlukan untuk memperoleh suatu konsep atau pengetahuan. Disamping itu, guru dapat membuat penilaian sendiri dan menilai kefahamannya tentang sesuatu bidang pengetahuan dapat ditingkatkan lagi. Selain itu, beban guru sebagi pengajar akan berkurangan di mana guru lebih bertindak sebagai pemuda hcara atau fasilitator.
Pembelajaran secara Konstruktivisme berdasarkan beberapa pandangan baru tentang ilmu pengetahuan dan bagaimana boleh diperolehi ilmu tersebut. Pembentukan pengetahuan baru lahir daripada gabungan pembelajaran terlebih dahulu. Pembelajaran ini menggalakkan murid mencipta penyelesaian mereka sendiri dan menguji dengan menggunakan hippotesis – hipotesis dan idea – idea baru. Selain iti anak – anak akan belajar lebih baik dan dapat menghadapi lingkungan dengan baik dengan adanya guru yang membantu anak agar dapat berinteraksi dengan lingkungan sebaik – baiknya.
DAFTAR PUSTAKA
________ (2009) Teori Pembelajaran. [Online], Tersedia; www.Teknologi – Pembeljaran.co.cc. [26 Desember 2009].
NS, Dedi (2009); Teori Belajar Dalam Sistem Pembelajaran Online Learning. [Online], Tersedia; unek2kangdedis.blogspot.com. [29 Desember 2009].
Pamungkas, Dudi (2009); Teori Belajar yang Melandasi Proses Pembelajaran. [Online], Tersedia; www.GrameenFoundation.org. [26 Desember 2009].
Sanjaya, Wina (2008). Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Perdana Media Group.
Sudrajat, Akhmad (2008); Teori – teori Belajar. [Online], Tersedia; Trimanjuniarso.wordpress.com [26 Desember 2009].
Surya, Mohamad, Dr. Prof (2004); Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran; Pustaka Bani Quraisy, Bandung.
Subscribe to:
Posts (Atom)